PROSES BIOKIMIA ASAM URAT
Asam urat (uric acid-dalam
Bahasa Inggris) dalam The Merck Index, an Encyclopedia of Chemicals and Drugs,
edisi ke-9, dinyatakan sebagai suatu senyawa alkaloida turunan purin
(xanthine). Senyawa yang ditemukan pertama kali oleh Scheele pada tahun 1776 ini
merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen pada burung dan hewan melata (6).
Ciri-ciri asam urat (4).:
Merupakan Kristal putih
Tidak berbau dan berasa
Mengalami dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida
(HCN)
Sangat sukar larut dalam air, tetapi larut dalam gliserin dan
air.
Struktur asam urat :
Asam urat dihasilkan
sendiri oleh tubuh melalui proses reaksi kimia yang terjadi dalam sistem sel,
jaringan atau organ. Asam urat merupakan salah satu sisa metabolisme protein
yang berupa asam-asam inti dalam darah.
Setelah mengalami berbagai macam proses biokimia akan menjadi oksida
purin. Purin sendiri merupakan salah satu turunan asam amino. Oksidasi purin
ini di metabolisme lagi oleh suatu enzim dan menghasilkan produk akhir yaitu
asam urat. Jadi asam Urat adalah hasil akhir dari proses katabolisme (pemecahan)
bahan purin yang cenderung
bersifat toksik (4).
Pembentukan
Asam urat
PROSES FISIOLOGI ASAM URAT
Asam urat abnormal yang
disebut hiperurisemia ini, merupakan tanda awal tubuh akan terserang penyakit
arthritis gout (peradangan sendi akut). Pada kalangan masyarakat awam, penyakit
ini sering disebut dengan penyakit “Asam urat” (1;3).
Asam urat dihasilkan
sendiri oleh tubuh melalui proses reaksi kimia yang terjadi dalam sistem sel,
jaringan atau organ. Asam urat merupakan salah satu sisa metabolisme protein
yang berupa asam-asam inti dalam darah.
Setelah mengalami berbagai macam proses biokimia akan menjadi oksida
purin. Purin sendiri merupakan salah satu turunan asam amino. Oksidasi purin
ini di metabolisme lagi oleh suatu enzim dan menghasilkan produk akhir yaitu
asam urat. Jadi asam Urat adalah hasil akhir dari proses katabolisme
(pemecahan) bahan purin yang cenderung bersifat toksik (4).
Purin adalah salah satu
kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Yang termasuk kelompok purin adalah
Adenosin dan Guanosin. Saat DNA dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme.
Katabolime purin ini membutuhkan enzim xantin oksidase yang umumnya terdapat di
hati dan usus (7).
Manusia mengubah
nukleosida purin utama, adenosin dan guanine menjadi asam urat melalui
intermediat serta reaksi. Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi
inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforolisis ikatan N-glikosidat inosin
dan guanosin, yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan
melepas senyawa ribose 1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanin
selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisis masing-masing oleh
enzim xantin oksidase dan guanase. Kemudian, xantin teroksidase menjadi asam
urat dalam reaksi kedua yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Dengan
demikian, xantin oksidase merupakan lokus yang esensial bagi intervensi
farmakologis penderita Hiperurisemia dan Gout (2).
Asam urat menjadi masalah
bila eksresi atau proses pembuangan tidak terjadi dengan baik. Hal ini terjadi
karena ginjal mengalami gangguan fungsi. Ginjal tidak rusak tapi kemampuannya
membuang asam urat kurang. Hal ini biasanya karena faktor keturunan. Oleh sebab
itu bila ada gangguan fungsi ginjal, kadar asam urat dalam darah akan meningkat
atau disebuit sebagai hiperurisemia. Selain dibuang lewat ginjal (70%) dalam
bentuk urin, asam urat yang berasal dari makanan dan metabolisme tubuh ini
dikeluarkan juga melalui usus yaitu 30% (5).
Bagi orang yang berusia 40
tahun ke atas, kelebihan asam urat menjadi problem yang serius. Kelebihannya
dalam darah akan menyebabkan pengkristalan pada persendian dan pembuluh kapiler
darah, terutama yang dekat persendian. Akibatnya, apabila persendian digerakkan
akan terjadi gesekan-gesekan Kristal tersebut sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Demikian juga jika Kristal-kristal mengendap di pembuluh kapiler darah. Bila
kita bergerak, Kristal-kristal asam urat akan tertekan ke dinding pembuluh
darah kapiler, sehingga ujung Kristal yang runcing akan menusuk dinding
pembuluh darah kapiler. Akibatnya timbul rasa nyeri. Penumpukan Kristal asam
urat yang kronis pada persendian menyebabkan cairan getah bening yang berfungsi
sebagai pelincir (lubricant) tidak berfungsi. Akibatnya persendian tidak dapat
digerakkan. Timbunan atau kristal ini akan menimbulkan reaksi radang bila
tercetus oleh trauma seperti benturan, stress dan suhu dingin (6).
Timbunan Asam Urat pada Sendi
Kadar asam urat dalam
tubuh berkaitan erat dengan asupan zat purin yang dikonsumsi. Karena sebetulnya
purin merupakan zat yang bisa disintesis oleh tubuh (zat non essensial)
sehingga setiap purin yang terkandiuung dalam makanan kelebihannya aakan
dikatabolisme dan hasil akhirnya menjadi asam urat (7).
Kadar urat di darah
tergantung usia dan jenis kelamin. Umunya, anak-anak memiliki kadar asam urat
antara 3,0-4,0 mg/dl. Kadar ini akan meningkat dengan bertambahnya usia dan
menurun saat menopause. Rata-rata kadar asam urat pada laki-laki dewasa dan
wanita premenopause sekitar 6.8 dan 6,0 mg/dl. Kadar asam urat pada orang
dewasa cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia, berat badan, tekanan darah, konsumsi alcohol dan
gangguan fungsi ginjal. Pengkristalan biasanya terjadi jika kadar asam urat
darah sudah mencaopai 9-10 mg/dl (7).
ANALISIS KADAR ASAM URAT
Xantin (9)
Ph. Eur. I : Beberapa mg
turunan xantin diuapkan dengan 5 tetes larutan hydrogen peroksida pekat dan 5
tetes asam klorida encer di atas tangas air sampai kering. Residu berwarna
merah kekuningan yang terjadi pada penambahan 1 tetes larutan ammonia encer akan
berwarna merah violet.
Metode Spektrofotometri (8)
Metode penentuan kadar
asam urat yang biasa dilakukan dalam bidang biomedis adalah dengan menggunakan
asam fosfotungstat atau dengan menggunakan enzim uricase (Chen et al, 2005),
kemudian dianalisis secara spektrofotometri (8).
Metode voltametri telah
digunakan secara ekstensif di dalam analisis elektrokimia untuk penentuan
konsentrasi dan sifat-sifat redoks suatu senyawa di dalam larutan, seperti asam
urat. Pengembangan metode voltametri untuk analisis asam urat dalam darah dan
urin menjadi kajian yang sangat menarik karena keberadaan senyawa tersebut
dalam sampel bersama-sama dengan senyawa elektroaktif lainnya, misalnya asam
askorbat (vitamin C). Potensial oksidasi asam urat dan asam askorbat yang berdekatan
sehingga sangat sulit untuk dipisahkan dengan menggunakan elektoda padat
seperti glassy carbon electrode karena respon voltametriknya seringkali overlap
jika kedua senyawa tersebut terdapat dalam sampel yang sama. Kemajuan tekno!ogi
di bidang voltammetri dengan digunakannya elektrode merkuri cair, Hanging
Mercury Drop Electrode (HMDE), diharapkan dapat memperkaya riset di bidang
elektroanalisis sehingga dihasilkan metode dengan selektivitas dan sensitivitas
yang tinggi.
Tujuan penelitian yang
dilakukan ini adalah mengembangkan dan mengaplikasikan metode voltametri dengan
elektroda HMDE untuk analisis secara sensitif asam urat balk dalam darah maupun
urin. Selain itu juga diteliti pengaruh asam askorbat terhadap penentuan kadar
asam urat
Optimasi kondisi
pengukuran dilakukan dengan memvariasi beberapa parameter seperti pH larutan,
laju pengadukan, waktu elektrolisis dan rentang potensial elektrolisis secara
multivariat yaitu dengan mengubah salah satu variabel sedangkan variabel yang
lain dibuat tetap. Kondisi optimum yang diperoleh digunakan untuk menentukan
rentang linearitas, limit deteksi, sensitivitas, dan recovery. Recovery
ditentukan dengan cara spiking sejumlah larutan standar asam urat ke dalam
serum dan urin. Kemudian konsentrasinya ditentukan kembali dan dihitung
recoverynya. Pengaruh asam askorbat pads penentuan kadar asam urat secara
voltametri dipelajari dengan cara membuat larutan standar asam urat yang telah
dispiking dengan asam askorbat sehingga perbandingan konsentrasi asam urat: asam
askorbat menjadi 1:0,5 ; 1:1; 1:2; 1:3; 1;4; dan 1;5.
Hasil yang diperoleh
berupa kondisi optimum analisis asam urat secara voltametri yaitu pH larutan
sebesar 5,6, laju pengadukan 2000 rpm, potensial deposisi -900 mV dan waktu
deposisi 60 detik. Linieritas dinyatakan sebagai harga koefisien korelasi
sebesar 0,985, batas deteksi 0,418 ppb, sensitivitas 0,8062 nAlppb sedangkan
ketelitian metode untuk konsentrasi 1,87 – 12,95 ppb sebesar 1,1 – 23,7%.
Sedangkan untuk recovery belum diperoleh hasil. Aplikasi metode untuk analisis
kadar asam urat dalam sampel dilakukan terhadap sampel serum (kode MY) dan
diperoleh kadar asam urat sebesar 0,356 ppm(3,56x10-2 mg/dL) dan hasil analisis
kadar asam urat pada sampel urin velum diperoleh. Pada saat laporan ini dibuat sedang
dipelajari pengaruh penambahan asam askorbat pada analisis asam urat secara
voltametri.
Hambatan yang timbul pada
penelitian ini adalah adanya pengaruh matriks dalam sampel serum dan urin
sehingga perlu dipelajari Iebih lanjut tentang pengaruh matriks yang berada
dalam sampel pada analisis asam urat secara voltametri stripping menggunakan
HMDE.
Metode Monoreagen Asam
Urat Enzimatik
Uji kolorimetrik enzim, metode Trinder , dimodifikasi
Prinsip :
uricase
Asam urat + H2O + O2 ---> Allantoin + CO2 +
H2O2
POD
2H2O2 + 4-aminoantipirin + Asam
p-hidroksibenzoat ------->
derivat Quinonat warna + 4H2O
Reagen :
Kotak 9x20 ml (Ref. 99 07 96)
mengandung :
A. 9x20 ml enzim/kromogen (Ref. 99 57
10)
Kotak 9x50 ml (Ref. 99 03 06)
mengandung :
A. 9x20 ml enzim/kromogen (Ref. 99 44
69)
Lebih lanjut, setiap kotak mengandung
:
B. 1 x 5 ml Standar (Ref. 99 13 30)
Setara terhadap 5 mg/dL (297,5
µmol/L)
Siap digunakan
Pembuatan reagen
Larutkan isi vial dapar
enzim/kromogen dengan sejumlah air deionisasi sesuai tabel.
Dapar
fosfat pH 7,2 75
mM
Asam
p-hidroksibenzoat 4 mM
4-aminoantipirin 0,4 mM
EDTA
Na2.H2O 0,9
mM
K3Fe(CN)6 0,1
mM
Uricase ≥
90 U/I
Peroksidase ≥ 190
U/I
Askorbat-oksidase ≥ 9000 U/I
Penstabil
non-reaktif
Peringatan :
Standar mengandung Natrium azid (0,09
%) sebagai pengawet
Penyimpanan dan kestabilan
Komponen-komponen dari kemasan ,
disimpan pada suhu 2-8oC, tetap stabil hingga waktu daluarsa pada
etiket. Saat isi vial dapar enzim/kromogen dilarutkan, larutan reagen stabil 60
hari pada suhu 2-8oC dan 6
hari pada suhu kamar (≤25 oC), jika dilindungi dari cahaya. Simpan
pada tempat gelap.
Sampel
Serum,plasma atau urin. Sampel stabil
4 hari pada suhu 2-8oC. sampel urin harus diencerkan 1/10 dengan air
deionisasi terlebih dahulu untuk diujikan. Hasil akhir harus dikalikan 10.
|
|
Sumber :
Adi, L. T., 2006, Tanaman Obat & Jus untuk Asam Urat & Rematik, Agromedia, Jakarta.
Katzung, G. Bertram, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Misnadiarly, 2007, Rematik, Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Murray, K. Robert, 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Roth, J. Hermann & Gottfried Blaschke. 1998, Analisis Farmasi, UGM press, Yogyakarta.
http://www.womansday.com/Asamurat
http://www.info-edukasi.com
Shvoong.com - Cegah Asam Urat dengan Tempuyung
www.klik-brc.com – Serba-serbi Asam Urat
www.gdlhub-gdl-res-2007-khasanahmi-4023
Adi, L. T., 2006, Tanaman Obat & Jus untuk Asam Urat & Rematik, Agromedia, Jakarta.
Katzung, G. Bertram, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Misnadiarly, 2007, Rematik, Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Murray, K. Robert, 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Roth, J. Hermann & Gottfried Blaschke. 1998, Analisis Farmasi, UGM press, Yogyakarta.
http://www.womansday.com/Asamurat
http://www.info-edukasi.com
Shvoong.com - Cegah Asam Urat dengan Tempuyung
www.klik-brc.com – Serba-serbi Asam Urat
www.gdlhub-gdl-res-2007-khasanahmi-4023
trimaksih atas penjelasanya.... bermanfaat banget nih
BalasHapus