Sejarah
Asam nalidiksat adalah prototip golongan kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, eleminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar terapeutik dalam darah. Karena itu, penggunaan asam nalidiksat praktis terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja. Selain tiu, resistensi timbul cepat terhadap obat ini. Kuinolon lainnya yang menyusul yaitu asam pipemidat, sinoksasin, dan lain-lain, juga tidak mempunyai kelebihan yang berarti (Ganiswara, 1995).
Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan kuinolon baru dengan atom fluor pada cincin kuinolon (karena itu dinamakan juga fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya antibakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya dari saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat (Ganiswara, 1995).
Asam nalidiksat adalah prototip golongan kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, eleminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar terapeutik dalam darah. Karena itu, penggunaan asam nalidiksat praktis terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja. Selain tiu, resistensi timbul cepat terhadap obat ini. Kuinolon lainnya yang menyusul yaitu asam pipemidat, sinoksasin, dan lain-lain, juga tidak mempunyai kelebihan yang berarti (Ganiswara, 1995).
Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan kuinolon baru dengan atom fluor pada cincin kuinolon (karena itu dinamakan juga fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya antibakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya dari saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat (Ganiswara, 1995).
Bentuk Double helix DNA harus dipisahkan menjadi 2 utas DNA pada saat akan berlangsungnya replikasi dan transkripsi. Pemisahan ini selalu akan mengakibatkan terjadinya puntiran berlebihan (overwinding) pada double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase (topoisomerase II) yang kerjanya menimbulkan negative supercoiling. Golongan fluorokuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman yang bersifat bakterisidal (Ganiswara, 1995).
Perkenalan fluorokuinolon pertama, norfloksasin, telah diikuti dengan cepat oleh anggota-anggota baru dari kelas ini. Obat-obat ini dalah sintetik dan strukturnya sangat mirip dengan sustu kuinolon terdahulu, asam nalidiksat. Anggota utama dari kelompok ini adalah siprofloksasin yang mempunyai aplikasi di klinik yang paling banyak. Mungkin sekali ukuran kelas antibiotik ini akan bertambah karena luasnya spektrum antibakterinya, farmakokinetiknya yang menyenangkan dan efek-efek yang tidak diinginkan relatif kurang,. Sayangnya, pemakaian yang berlebihan telah membawa ke arah munculnya strain-strain yang resisten yang membatasi kegunaannya dalam klinik (Mycek,1991).
Ciprofloksasin. Derivat-siklopropil dari kelompok fluorokuinolon (1987) ini berkhasiat lebih luas dan kuat daripada nalidiksinat dan pipemidinat, juga menghasilkan kadar darah/jaringan dan plasma-t½ yang lebih tinggi. Penggunaan sistemisnya lebih luas dan meliputi ISK berkomplikasi, infeksi saluran pernafasan bila disebabkan oleh Pseudomonas aeuginosa, infeksi saluran cerna, jaringan lunak, kulit, dan gonore (Tjay,2002).
Spektrum Antimikroba
Semua fluorokuinolon bersifat bakterisidal. Secara umum, efektif terhadap organisme-organisme gram negative seperti enterobakteria, pseudomonas, Haemophillus influenzae, Moraxella catarrhalis, Legionella, Klamidia, dan mikrobakterium, kecuali kompleks M. ativum intrasel. Semua efektif dalam pengobatan gonore tetapi tidak efektif terhadap sifilis. Walaupun aktif terhadap beberapa organisme gram positif, fluorokuinolon tidak boleh dipakai dalam pengobatan infeksi-infeksi pneumokokus atau enterokokus. Aktivitas flourokuinolon terhadap kuman-kuman anaerob buruk jika digunakan secara profilaksis sebelum operasi transusentral, fluorokuinolon menurunkan insidens infeksi saluran kemih postoperatif (Mycek,1991).
Mekanisme Kerja.
Perkenalan fluorokuinolon pertama, norfloksasin, telah diikuti dengan cepat oleh anggota-anggota baru dari kelas ini. Obat-obat ini dalah sintetik dan strukturnya sangat mirip dengan sustu kuinolon terdahulu, asam nalidiksat. Anggota utama dari kelompok ini adalah siprofloksasin yang mempunyai aplikasi di klinik yang paling banyak. Mungkin sekali ukuran kelas antibiotik ini akan bertambah karena luasnya spektrum antibakterinya, farmakokinetiknya yang menyenangkan dan efek-efek yang tidak diinginkan relatif kurang,. Sayangnya, pemakaian yang berlebihan telah membawa ke arah munculnya strain-strain yang resisten yang membatasi kegunaannya dalam klinik (Mycek,1991).
Ciprofloksasin. Derivat-siklopropil dari kelompok fluorokuinolon (1987) ini berkhasiat lebih luas dan kuat daripada nalidiksinat dan pipemidinat, juga menghasilkan kadar darah/jaringan dan plasma-t½ yang lebih tinggi. Penggunaan sistemisnya lebih luas dan meliputi ISK berkomplikasi, infeksi saluran pernafasan bila disebabkan oleh Pseudomonas aeuginosa, infeksi saluran cerna, jaringan lunak, kulit, dan gonore (Tjay,2002).
Spektrum Antimikroba
Semua fluorokuinolon bersifat bakterisidal. Secara umum, efektif terhadap organisme-organisme gram negative seperti enterobakteria, pseudomonas, Haemophillus influenzae, Moraxella catarrhalis, Legionella, Klamidia, dan mikrobakterium, kecuali kompleks M. ativum intrasel. Semua efektif dalam pengobatan gonore tetapi tidak efektif terhadap sifilis. Walaupun aktif terhadap beberapa organisme gram positif, fluorokuinolon tidak boleh dipakai dalam pengobatan infeksi-infeksi pneumokokus atau enterokokus. Aktivitas flourokuinolon terhadap kuman-kuman anaerob buruk jika digunakan secara profilaksis sebelum operasi transusentral, fluorokuinolon menurunkan insidens infeksi saluran kemih postoperatif (Mycek,1991).
Mekanisme Kerja.
Antibiotik fluorokuinolon memasuki sel dengan cara difusi pasif melalui kanal protein terisi air (porins) pada membran luar bakteri. Secara intraselular, secara unik obat-obat ini menghambat replikasi DNA bakteri dengan cara menggaggu kerja DNA girase (topoisomerase II) selama pertumbuhan dan reproduksi bakteri, (catatan : Topoisomerase adalah enzim yang mengubah konfigurasi dab topologi DNA dengan cara suatu mekanisme menakik (nicking), menembus, dan menutup kembali (re-sealing) tanpa mengubah struktur primernya. Pengikatan kuinolon pada enzim DNA untuk membentuk suatu kompleks menghambat langkah penggabungan kembali dan dapat menyebabkan kematian sel dengan menimbulkan keretakan DNA. Karena DNA girase adalah suatu target tersendiri untuk terapi antimikroba, maka resistensi silang dengan antibiotik lain yang sering dipakai adalah jarang tetapi resistensi ini meningkat pada organisme yang resisten terhadap banyak obat (Mycek,1991).
Sediaan dan Posologi. Siprofloksasin tersedia dalam bentuk tablet 250, 500, dan 750 mg, dan diberikan secara oral dengan dosis 2 kali 250 – 750 mg/hari. Selain itu juga tersedia dalam cairan infus 200 mg/100 ml dan diberikan secara parenteral dengan dosis 2 kali 100-200 mg/hari iv (Ganiswarna, 1995).
Efek Nonterapi.
Dibanding dengan antimikroba lain yang berspektrum luas, fluorokuinolon jarang menimbulkan gangguan keseimbangan flora usus. Hal ini mungkin disebabkan golongan obat ini tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap kuman anaerob. Efek samping pada SSP umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia (Ganiswarna, 1995).
Indikasi.
Siprofloksasin adalah fluorokuinolon yang paling poten dan mempunyai spektrum antibakteri yang sama seperti norfloksasin. Siprofloksasin berguna dalam pengobatan infeksi pseudomonas dan fibrosis kistik. Kadar serum yang dicapai efektif terhadap banyak infeksi sistemik kecuali infeksi berat yang disebabkan oleh staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicilin (MRSA), enterococos, dan pneumococus. Siprofloksasin terutama berguna dalam mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam enterobakteraceae dan basil gram negative lainnya. Siprofloksasin merupakan suatu alternatif terhadap obat-obat yang lebih toksik seperti aminoglikosid. Siprofloksasin bias bekerja sinergistik bersama obat-obat beta-laktam (Mycek,1991).
Contoh produk :
Ciprofloksasin (kimiafarma.co.id)
Ciprofloxacin 500 mg
Indikasi:
Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka terhadap ciprofloxacin, antara lain pada :
Saluran kemih termasuk prostatitis.
Uretritis dan serpisitis gonore.
Saluran cerna, termasuk demam thyfoid dan parathyfoid.
Saluran nafas, kecuali pneumonia dan streptococus.
Kulit dan jaringan lunak.
Tulang dan sendi.
Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitivitas terhadap siprofloksasin dan derivat quinolone lainnya
Tidak dianjurkan pada wanita hamil atau menyusui,anak-anak pada masa pertumbuhan,karena pemberian dalam waktu yang lama dapat menghambat pertumbuhan tulang rawan.
Hati-hati bila digunakan pada penderita usia lanjut
Pada penderita epilepsi dan penderita yang pernah mendapat gangguan SSP hanya digunakan bila manfaatnya lebih besar dibandingkan denag risiko efek sampingnya.
Komposisi :
Ciprofloxacin 250 mg : Tiap tablet salut selaput mengandung Ciprofloxacin 250 mg
Ciprofloxacin 500 mg : Tiap tablet salut selaput mengandung ciprofloxacin 500 mg.
Farmakologi :
Ciprofloxacin (1-cyclopropyl-6-fluoro-1,4-dihydro-4-oxo-7-(-1-piperazinyl-3 quinolone carboxylic acid) merupakan salah satu obat sintetik derivat quinolone. mekanisme kerjanya adalah menghambat aktifitas DNA gyrase bakteri, bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif.
ciprofloxacin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran cerna, bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh. metabolismenya dihati dan diekskresi terutama melalui urine.
Dosis :
Untuk infeksi saluran kemih :
Ringan sampai sedang : 2 x 250 mg sehari
Berat : 2 x 500 mg sehari
Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg sehari
Untuk infeksi saluran cerna :
Ringan / sedang / berat : 2 x 250 mg sehari
Untuk infeksi saluran nafas, tulang dan sendi kulit dan jaringan lunak :
Ringan sampai sedang : 2 x 500 mg sehari
Berat : 2 x 750 mg sehari
Untuk mendapatkan kadar yang adekuat pada osteomielitis maka pemberian tidak boleh kurang dari2 x 750 mg sehari
Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal : Bila bersihan kreatinin kurang dari 20 ml/menit maka dosis normal yang dianjurkan harus diberikan sehari sekali atau dikurangi separuh bila diberikan 2 x sehari.
Lamanya pengobatan tergantung dari beratnya penyakit. Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya paling sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang.
Peringatan dan perhatian :
Untuk menghindari terjadinya kristaluria maka tablet siprofloksasin harus ditelan dengan cairan
Hati-hati pemberian pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal (lihat keteranga pada dosis )
Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan
Selama minum obat ini tidak dianjurkan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
Efek samping :
Efek samping siprofloksasin biasanya ringan dan jarang timbul antara lain:
Gangguan saluran cerna : Mual,muntah,diare dan sakit perut
Gangguan susunan saraf pusat : Sakit kepala,pusing,gelisah,insomnia dan euforia
Reaksi hipersensitivitas : Pruritus dan urtikaria
Peningkatan sementara nilai enzim hati,terutama pada pasien yang pernah mengalami kerusakan hati.
Bila terjadi efek samping konsultasi ke Dokter
Sumber :
Ganiswarna. 1981. Farmakologi dan Terapi, Edisi 2. Fakultas Kedokteran – Universitas Indonesia. Jakarta.
Mycek, Mary J.,dkk. 1990. “Farmakologi Ulasan Bergambar”. Widya Medika. Jakarta.
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting, Edisi V. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta
http://kimiafarma.co.id
0 komentar:
Posting Komentar