Belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.)
Familia : Oxalidaceae
Deskripsi :
Pohon kecil,
tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis
tengah hanya sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan
ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m dpi. Pohon yang berasal dari Amerika
tropis ini menghendaki tempat tumbuh tidak ternaungi dan cukup lembab.
Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit,
arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti beludru, warnanya
coklat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21 - 45 pasang
anak daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong,
ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2 -10 cm, lebar 1- 3 cm,
warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai,
berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil
berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan. Buahnya buah buni, bentuknya bulat lonjong
bersegi, panjang 4-6,5 cm, warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak,
rasanya asam. Biji bentuknya bulat telur, gepeng. Rasa buahnya asam, digunakan
sebagai sirop penyegar, bahan penyedap masakan, membersihkan noda pada kain,
mengkilapkan barang-barang yang terbuat dari kuningan, membersihkan tangan yang
kotor atau sebagai bahan obat tradisional. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
Nama Lokal :
Limeng,
selimeng, thlimeng (Aceh), selemeng (Gayo), Asom, belimbing, balimbingan
(Batak), malimbi (Nias), balimbieng (Minangkabau), belimbing asam (Melayu),
Balimbing (Lampung), Calincing, balingbing (Sunda), Balimbing wuluh (Jawa),
bhalingbhing bulu (Madura), Blingbing buloh (Bali), limbi (Bima), balimbeng
(Flores), Libi (Sawu), belerang (Sangi).
Bagian Yang
Digunakan : Buah
Cara Pemakaian :
Tiga buah dicuci
lalu dipotong-potong seperlunya, rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa
1 gelas. Setelah dingin disaring, minum setelah makan pagi.
Kandungan Kimia
:
Batang: Saponin,
tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format, peroksidase. Daun:
Tanin, sulfur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, kalium sitrat.
Sifat kimia : Rasa asam,
sejuk.
Efek Farmakologis :
Tekanan darah tinggi (hipertensi),
menghilangkan sakit (analgetik), memperbanyak pengeluaran empedu, antiradang,
peluruh kencing, astringent.
Boroco (Celosia argentea
Linn)
Sinonim
: Celosia linearis, Sweet,
Celosia magaritacea,
Familia : Amaranthaceae
Deskripsi :
Tumbuh tegak,
tinggi 30 - 100 cm. Tumbuh liar di sisi jalan, pinggir selokan, tanah lapang
yang terlantar. Batang bulat dengan alur kasar memanjang, bercabang banyak,
warna hijau atau merah. Daun ada yang wama hijau dan ada yang warna merah,
bentuk bulat telur memanjang, ujung lancip, pinggir bergerigi halus hampir
rata. Bunga bentuk bulir panjang 3 10 cm, warna merah muda/ungu, biji hitam
agak cerah, bunga tumbuh di ujung-ujung cabang.
Nama Lokal
Bayam ekor
belanda, Bayam kucing, Kuntha, Baya kasubiki, Qing xiang zi (China).
Bagian Yang
Digunakan : Biji.
Cara Pemakaian :
Biji boroco 30
gram, 1 gelas air rebus menjadi 1/2 gelas air, dibagi menjadi 2 (dua) kali
minum.
Sifat kimia : Rasa pahit,
sejuk
Efek
farmakologis
:
Pengobatan
radang mata dan tekanan darah tinggi (Hipertensi).
Ketepeng Kecil (Cassia tora Linn.)
Sinonim :Cassia foetida, Salisb,
Cassia obtusifolia, Linn
Familia : Caesalpiniaceae (Leguminosae)
Deskripsi :
Tanaman berupa
perdu kecil yang tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 1 m. Tumbuh liar di pinggir
kota, daerah tepi sungai, semak belukar dan kadang-kadang ditanam sebagai
tanaman hias. Batangnya lurus, pangkal batang berkayu, banyak bercabang, daerah
ujung batang berambut jarang. Daun letak berseling, berupa daun majemuk
menyirip ganda terdiri dari 3 pasang anak daun yang bentuknya bulat telur
sungsang, panjang 2-3 cm, lebar 1 1/2 - 3 cm ujung agak membulat dan pangkal
daun melancip, warna hijau, permukaan bawah daun berambut halus. Bunganya
banyak berwarna kuning tersusun dalam rangkaian tandan yang tumbuh pada ketiak
daun. Buahnya buah polong berkulit keras berisi 20 - 30 biji yang bentuknya
lengkung berwarna coklat kuning mengkilat. Tanaman perdu ini berasal dari
Amerika tropik dan menyukai tempat terbuka atau agak teduh dapat tumbuh di
dataran rendah sampai 800 m di atas permukaan laut.
Nama Lokal :
Ketepeng sapi,
ketepeng cilik (jawa), pepo (Timor), Ketepeng lentik (Sunda), Jue ming zi
(China).
Bagian Yang
Digunakan : Biji.
Cara Pemakaian :
15 gram biji
digongseng (goreng tanpa minyak) sampai kuning, kemudian digiling sampai terasa
kesat, ditambah gula secukupnya, seduh dengan air panas atau direbus, minum
sebagai pengganti teh.
Kandungan Kimia
:
Biji segar
mengandung chryzophanol, emodin, aloe-emodin, rhein, physcion, obtusin,
aurantio-obtusin, rubrobusarin, torachryson, toralactone, vit.A.
Sifat kimia : Terasa pahit dan
asin, agak dingin.
Efek
farmakologis :
Pengobatan
hipertensi, radang mata, peluruh air seni, melancarkan buang air besar. Herba
ini masuk meridian liver (Purifies = membersihkan) dan meridian ginjal
(Supports = menguatkan).
Mindi Kecil (Melia azedarach L.)
Sinonim : M. dubia Cav., M.
japonica G. Don
Familia : Meliaceae
.
Nama Simplisia : Meliae Cortex
(kulit kayu mindi kecil), Meliae Fructus (buah mindi kecil).
Deskripsi :
Mindi kecil
kerap kali ditanam di sisi jalan sebagai pohon pelindung, kadang tumbuh liar di
daerah-daerah dekat pantai. Pohon yang tumbuhnya cepat dan berasal dari Cina
ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian
1.100 m dpl. Pohon yang bercabang banyak ini mempunyai kulit batang yang
berwarna cokelat tua, dengan tinggi sampai 4 m. Daunnya majemuk, menyirip
ganda, tumbuh berseling dengan panjang 20-80 cm. Anak daun bentuknya bulat
telur sampai lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat atau
tumpul, permukaan atas daun berwarna hijau tua, bagian bawah hijau muda,
panjang 3-7 cm, lebar 1,5-3 cm. Bunga majemuk dalam malai yang panjangnya 10-20
cm, keluar dari ketiak daun. Daun mahkota berjumlah 5, panjangnya sekitar 1 cm,
warnanya ungu pucat, dan berbau harum. Buahnya buah batu, bulat, diameter
sekitar 1,5 cm. Jika masak warnanya cokelat kekuningan, dan berbiji satu.
Perbanyakan dengan biji. Biji sangat beracun dan biasa digunakan untuk meracuni
ikan atau serangga. Daun yang dikeringkan di dalam buku bisa menolak serangga
atau kutu.
Nama Lokal :
Nama Daerah.
Sumatera : renceh, mindi kecil, Jawa: gringging, mindi, cakracikri. Nama Asing :
Ku lian pi (C), xoan, sau dau, kho luyen, may rien(V), chinaberry, bead tree,
persian lilac, barbados lilac (I).
Bagian Yang
Digunakan : Daun.
Cara Pemakaian :
Cuci daun mindi
kecil yang segar (tujuh lembar), lalu rebus dengan dua gelas air sampai airnya
tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sehari dua kali,
masing-masing setengah gelas.
Kandungan Kimia:
Kulit kayu dan
kulit akar mengandung toosendanin (C30H38O11)
dan komponen yang.larut (C30H40O12). Selain
itu, juga terdapat alkaloid azaridine (margosina), kaemferol, resin, tanin,
n-triacontane, ß-sitosterol, dan triterpene kulinone. Kulit akar kurang toksik
dibanding kulit kayu. Biji mengandung resin yang sangat berracun, 60% minyak
lemak terdiri dari asam stearat, palmitat, oleat, linoleat laurat, valerianat,
butirat, dan sejumlah kecil minyak esensial sulfur. Buah mengandung sterol,
katekol, asam vanilat, dan asam bakayanat. Daun mengandung alkaloid paraisina,
flavonoid rutin, zat pahit, saponin, tanin, steroida, dan kaemferol.
Murbei (Morus alba L.)
Sinonim : Morace australis, Poir. Morace. atropurpurea,.
Familia : Moraceae
Deskripsi :
Murbei berasal
dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m dpl. Dan memerlukan
cukup sinar matahari. Tumbuhan yang sudah dibudidayakan ini menyukai
daerah-daerah yang cukup basa seperti di lereng gunung, tetapi pada tanah yang
berdrainase baik. Kadang ditemukan tumbuh liar. Pohon, tinggi sekitar 9 m,
percabangan banyak, cabang muda berambut halus. Daun tunggal, letak berseling,
bertangkai yang panjangnya 4 cm. Helai daun bulat telur sampai berbentuk
jantung, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip
agak menonjol, permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5 - 20 cm, lebar 1,5 -
12 cm, warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun,
mahkota bentuk taju, warnanya putih. Dalam satu pohon terdapat bunga jantan,
bunga betina dan bunga sempurna yang terpisah. Murbei berbunga sepanjang tabun.
Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak. Buah muda warnanya
hijau, setelah masak menjadi hitam. Biji kecil, warna hitam. Tumbuhan ini
dibudidayakan karena daunnya digunakan unluk makanan ulat sutera. Daun muda
enak di sayur dan berkhasiat sebagai pembersih darah bagi orang yang sering
bisulan. Perbanyakan dengan setek dan okulasi.
Nama Lokal :
Besaran
(Indonesia), murbai, besaran (Jawa), Kerta, kitau (Sumatera), Sangye (China),
may mon, dau tam (Vietnam), morus leaf, morus bark, morus fruit, mulberry leaf,
mulberry bark, mulberry twigs, white mulberry, mulberry (Inggris).
Bagian Yang
Digunakan : Daun,
buah.
Cara Pemakaian :
Daun murbei
segar sebanyak 15 g dicuci bersih kemudian direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Setelah
dingin disaring lalu dibagi untuk 2 kali minum, pagi dan sore.
Buah murbei
segar sebanyak 30 g direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit mendidih,
dinginkan, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama
banyak.
Kandungan Kimia:
Daun murbei
mengandung ecdysterone, inokosterone, lupeol, beta-sitosterol, rutin,
moracetin, isoquersetin, scopoletin, scopolin, alfa-beta-hexenal,
cis-beta-hexenol, cis-lamda-hexenol, benzaidehide, eugenol, linalool, benzyl
alkohol, butylamine, aceto'ne, trigonelline, choline, adenin, asam amino,
copper, zinc, vitamin (A, B1, C. dan karoten), asam klorogenik, asam fumarat,
asam folat, asam formyltetrahydrofolik, dan mioinositol. Juga mengandung
phytoestrogens. Bagian ranting murbei mengandung tanin dan vitamin A. B uahnya
mengandung cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam linoleat, asam stearat, asam
oleat, dan vitamin (karoten, B1, B2 dan C). Kulit batang mengandung : (1)
triterpenoids: alfa-,beta-amyrin, sitosterol, sitosterol-alfaglucoside. (2)
Flavonoids: morusin, cyclomorusin, kuwanone A,B,C, oxydihydromorusin. (3)
Coumarins: umbelliferone, dan scopoletin. Kulit akar mengandung derivat flavone
mulberrin, mulberrochromene, cyclomulberrin, cyclomulberrochromene, morussin,
dan mulberrofuran A. Juga mengandung betulinic acid, scopoletin, alfa-amyrin,
beta-amyrin, undecaprenol, dan dodecaprenol. Biji mengandung urease.
Sifat kimia :
Daun bersifat
pahit, manis, dingin, masuk meridian paru dan hati. Buah bersifat manis,
dingin, masuk meridian jantung, hati, dan ginjal. Kulit akar bersifat manis,
sejuk, masuk meridian paru. Ranting bersifat pahit, netral, masuk meridian
hati.
Efek
farmakologis
:
Pengobatan
tekanan darah tinggi, Eedysterone berkhasiat hipoglikemik.
Pulai (Alstonia
scholaris L.)
Sinonim : A. spectabilis, R.Br.
Familia : Apoeynaccae
Deskripsi :
Pulai yang
termasuk suku kamboja-kambojaan, tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai
tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan
dari dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai kadang ditanam di pekarangan dekat
pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 - 25
m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu.
Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal,
tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 – 15 mm,
bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang,
permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan majemuk tersusun
dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi
berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah
berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 - 50 cm, menggantung.
Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada
ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang.
Nama Lokal :
Lame (Sunda), pule
(Jawa), polay (Madura), kayu gabus, pulai (Sumatera), hanjalutung (Kalimantan),
kaliti, reareangou, bariangow, rariangow, wariangow, mariangan, deadeangow,
kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer (Banda), Aliag (Irian), hange (Ternate),
devil's tree, ditta bark tree (Inggris), Chatian, saitan-ka-jhad, saptaparna
(India, Pakistan), Co tin pat, phayasattaban (Thailand).
Bagian Yang
Digunakan : Kulit
kayu.
Cara Pemakaian :
Kulit batang
pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo sebanyak 1/5 genggam, daun
pegagan, dan daun meniran masing-masing 1/4 genggam, buah ketapang 1 buah, gula
enau 3 jari. Semua bahan dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3
gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi
untuk 3 kaii minum. Setiap kaii minum cukup 3/4 gelas.
Kandungan Kimia:
Kulit kayu
mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin,
alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan
lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga mengandung asam ursolat dan
lupeol.
Sifat kimiawi :
Kulit kayu
rasanya pahit, tidak berbau.
Efek Farmakologi :
Selain
berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), berdasarkan hasil
penelitian, pulai juga memilki efek farmakologi, diantaranya zat aktif
triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat
menurunkan kadar glukosa darah kelinci,
ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekan daya infeksi telur
cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara invitro
menekan perkembang telur berembrio menjadi larva an pada dosis 65 mg/ml dan pemberian
infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai
efek hipoglikernik
Pule Pandak (Rauvolfia
serpentine)
Sinonim : Ophioxylon
obversum,
Ophioxylon serpentinwn,
Familia : Apoeynaceae
Deskripsi :
Pule pandak
kadang ditemukan di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, namun lebih sering
tumbuh liar di ladang, hutan jati, atau tempat lainnya sampai ketinggian 1.000
m dpl. Perdu tegak, tahunan, tinggi mencapai 1 m, bergetah, batang silindris,
percabangan warna cokelat abu-abu, mengeluarkan cairan jernih bila dipatahkan.
Daun tunggal, bertangkai pendek, duduk berkarang atau berhadapan bersilang,
bentuk taji atau bulat telur memanjang, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi
rata, pertulangan menyirip, panjang 3 - 20 ern, lebar 2 - 9 cm, permukaan atas
hijau, permukaan bawah warnanya lebih muda. Perbungaan majemuk, bentuk payung
yang keluar dari ujung tangkai, mahkota bunga warnanya merah. Buahnya buah
batu, bulat telur, masih muda hijau bila masak warnanya hitam, berbiji satu.
Akar panjang dan besar. Akar keringnya disebut Rauwolfia Serpentina.
Nama Lokal :
Pulai pandak (Jawa).
akar tikus (Sumatera), Yin tu luo fu mu (China). Serpent wood, serpentine
(Inggris), Chandrika chhota chand, sarpaganh (India, Pakistan).
Bagian Yang
Digunakan : Akar,
batang, dan daun.
Cara Pemakaian :
Akar pule pandak
sebanyak 50 g direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin
disaring. Minumlah pagi dan sore hari, masing-masing 1/2 gelas.
Kandungan Kimia:
Akar mengandung
3 grup alkaloid, yang jenis dan jumlahnya tergantung dari daerah asal
tumbuhnya. Grup I termasuk alkaline kuat (quarterary ammonium compound):
serpentine, serpentinine, sarpagine, dan samatine. Penyerapannya jelek bila
digunakan peroral (minum). Grup II (tertiary amine derivate): yohimbine,
ajmaline, ajmalicine, tetraphylline, dan tetraphyllicine. Grup III termasuk
alkaline lemah (secondary amities): reserpine, rescinnamine, deserpidine,
raunesine, dan canescine.
Sifat kimiawi :
Akar bersifat
pahit, dingin, dan sedikit beracun. Batang dan daun bersifat pahit, manis, dan
sejuk.
Efek farmakologi
:
Menurunkan
tekanan darah tinggi, reserpine berkhasiat hipotensif, ajmaline, serpentine,
dan rescinnamine berkhasiat sedatif, yohimbine merangsang pembentukan
testosteron yang dapat membangkitkan gairah seks.
Sambiloto (Andrographis
paniculata)
Familia : Acanthaceae
Deskripsi :
Sambiloto tumbuh
liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak
lernbap, atau di pekarangan. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m
dpl. Terna semusim, tinggi 50 - 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk
segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang membesar. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing,
ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda,
panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan rasemosa yang bercabang membentuk
malai, keluar dari. ujung batang atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk
tabung;kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong,
panj ang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan
pecah mernbujur menjadi 4 keping-Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat
muda. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.
Nama Lokal :
Ki oray, ki
peurat, takilo (Sunda), bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa). pepaitan
(Sumatra), Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China), xuyen tam lien,
cong cong (Vietnam). kirata, mahatitka (India/Pakistan), Creat, green chiretta,
halviva, kariyat (Inggris).
Bagian Yang
Digunakan : Herba.
Cara Pemakaian :
Daun sambiloto
segar sebanyak 5 - 7 lembar diseduh dengan 1/2 cangkir air panas. Tambahkan
madu secukupnya sambil diaduk. Setelah dingin minum sekaligus. Lakukan sehari 3
kali.
Kandungan Kimia
:
Daun dan
percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid,
andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-
12-didehidroandrografolid, dan homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid,
alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik, dan
damar. Flavotioid diisolasi terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon,
andrografin, pan.ikulin, mono-0- metilwithin, dan apigenin-7,4- dimetileter.
Sifat kimiawi :
Herba ini
rasanya pahit, dingin, masuk meridian paru, lambung, usus besar dan usus kecil.
Efek farmakologi
:
Hipertensi, zat
aktif andrografolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektbr (melindungi sel
hati dari zat toksik). Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Herba ini
berkhasiat bakteriostatik pada Staphylococcus aurcus, Pseudomonas aeruginosa,
Proteus vulgaris, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli. 2. Herba ini
sangat efektif untuk pengobatan infeksi. In vitro, air rebusannya merangsang
daya fagositosis sel darah putih. 3. Andrografolid menurunkan demam yang
ditimbulkan oleh pemberian vaksin yang menyebabkan panas pada kelinci. 4.
Andrografolid dapat mengakhiri kehamilan dan menghambat pertumbuhan trofosit
plasenta. 5. Dari segi farmakologi, sambiloto mempunyai efek muskarinik pada
pembuluh darah, efek pada jantung iskeniik, efek pada respirasi sel, sifat
kholeretik, antiinflamasi, dan antibakteri. 6. Komponen aktifnya seperti
ncoandrografolid, andrografolid, deoksiandrografolid dan 14-deoksi-11,
12-didehidroandrografolid berkhasiat antiradang dan antipiretik. 7. Pemberian
rebusan daun sambiloto 40% bly sebanyak 20 milkg bb dapat menurunkan kadar
glukosa darah tikus putih. 8. Infus daun sarnbiloto 5%, 10% dan 15%, semuanya
dapat menurunkan suhu tubuh marmot yang dibuat demam 9. Infus herba sambiloto
mempunyai daya antijamur terhadap Microsporum canis, Trichophyton
mentagrophytes, Trichophyton rubrum, Candida albicans, dan Epidermophyton
floccosum 10. Fraksi etanol herba
sambiloto mempunyai efek antihistaminergik. Peningkatan konsentrasi akan
meningkatkan hambatan kontraksi ileum marmot terisolasi yang diinduksi dengan
histamine dihidroksiklorida
Sambung Nyawa (Gynura
procumbens)
Nama Simplisia: Sonchi
arvensidis folium; Daun tempuyung.
Familia : Goodeniaceae
Deskripsi :
Herba,
berdaging. Batang memanjat, rebah, atau merayap, bersegi, gundul, berdaging,
hijau keunguan, menahun. Daun berbentuk helaian daun, bentuk bulat telur, bulat
telur memanjang, bulat memanjang, ukuran panjang 3,5 - 12,5 cm, lebar 1- 5,5
cm, ujung tumpul, runcing, meruncing pendek, pangkal membulat atau rompang.
Tepi daun rata, bergelombang atau agak bergigi. Tangkai daun 0,5 cm sampai 1,5
cm. Permukaan daun kedua sisi gundul atau berambut halus. Perbungaan dengan
susunan bunga majemuk cawan, 2- 7 cawan tersusun dalam susunan malai (panicula)
sampai malai rata (corymb), setiap cawan mendukung 20-35 bunga, ukuran panjang
1,5- 2 cm, lebar 5-6 mm. Tangkai karangan dan tangkai bunga gundul atau
berambut pendek, tangkai karangan 0,5- 0,7 cm. Brachtea involucralis dalam
berbentuk garis berujung runcing atau tumpul, panjang 0,3 - 1 cm. Lebar 0,6 -
1,7 cm, gundul, ujung berwama hijau atau coklat kemerahan. Mahkota merupakan
tipe tabung, panjang 1 - 1,5 cm, jingga kuningan atau jingga. Benang sari
berbentuk jarum, kuning, kepala sari berlekatan menjadi satu. Buah berbentuk
garis, panjang 4 - 5 mm, coklat. Daun mempunyai susunan dan fragmen yang sesuai
dengan sifat anatomi keluarga tumbuhan bunga matahari (Asteraccae =
Compositae). Waktu berbunga Januari - Desember. Di Jawa perbungaan jarang
ditemukan. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa pada ketinggian 1 - 1200 m
dpl, terutama tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 m dpl. Banyak ditemukan
tumbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan padang rumput. Secara
kultur jaringan, eksplan yang terbaik untuk penumbuhan kalus G. procumbens
adalah tangkai daun yang ditaburkan. Media yang terbaik untuk penumbuhan kalus
adalah media RTK yaitu media RT dengan air kelapa 10%. Pemberian kombinasi
pupuk N dan P memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan hasil produksinya.
Pemakaian BA 1 - 4 mg/l memberikan kondisi yang baik untuk multiplikasi tunas.
Cara perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan stek batang.
Pertumbuhan batang dan daun cepat sehingga dapat segera dimanfaatkan. Tanaman
akan tumbuh baik pada tempat ternaungi karena helaian daun lebih tipis dan
lebar, sehingga lebih enak untuk dimakan segar.
Nama Lokal :
Nama Daerah :
Jombang, j. lalakina, galibug, lempung, rayana (Sunda), Tempuyung (Jawa). Nama
Asing: Niu she tou (China), laitron des champs (Perancis).; Sow thistle
(Inggris).
Bagian Yang
Digunakan : Daun.
Cara Pemakaian :
Daun segar 4
lembar (anak-anak 4, dewasa 7 lembar) dicuci lalu dimakan mentah atau di juice
dan diminum, atau dikukus sebentar dan dimakan, atau ditumis sebentar dan
dimakan. Sehari sekali.
Kandungan Kimia:
Daun mengandung
4 senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid). Metabolit yang
terdapat dalam ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam klorogenat,
asam kafeat, asam vanilat, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoat. Hasil
analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapisan tipis dapat dideteksi
keberadaan sterol, triterpen, senyawa fenolik (antara lain flavonoid),
polifenol, dan minyak atsiri. Komponen minyak atsiri paling sedikit terdiri
dari 6 senyawa monoterpen, 4 senyawa seskuiterpen, 2 macam senyawa dengan
ikatan rangkap, 2 senyawa dengan gugus aldehida dan keton. Hasil penelitian
dalam upaya isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid
yaitu bercak 1 terdiri dari 2 buah senyawa flavonol dan auron; sedangkan pada
bercak 2 diduga kaemferol (suatu flavonol). Senyawa yang terkandung dalam
etanol daun antara lain flavon / flavonol (3-hidroksi flavon) dengan gugus
hidroksil pada posisi 4',7 dan 6 atau 8 dengan substitusi gugus 5?hidroksi.
Bila senyawa tersebut suatu flavonol, maka gugus hidroksil pada posisi 3 dalam
keadaan tersubstitusi. Di samping itu diduga keberadaan isoflavon dengan gugus
hidroksil pada posisi 6 atau 7,8 (cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B
.
Efek farmakologis : Hipertensi, stimulansia
Tempuyung (Sonchus
arvensis L.)
Familia : Asteraccae
(Compositac)
Deskripsi :
Tempuyung tumbuh
liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung,
seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar, kadang
ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa
ditemukan pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m dpl.
Terna tahunan, tegak, tinggi 0,6 - 2 m, mengandung getah putih, dengan akar
tunggang yang kuat. Batang berongga dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah
tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk roset akar. Helai daun berbentuk lanset
atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi menyirip
tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm, warnanya hijau muda. Daun
yang keluar dari tangkai bunga bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk
batang, letak berjauhan, berseling. Perbungaan berbentuk bonggol yang tergabung
dalam malai, bertangkai, mahkota bentuk jarum, warnanya kuning cerah, lama
kelamaan menjadi merah kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima, bentuknya
memanjang sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada
keaneka-ragaman tumbuhan ini. Yang berdaun kecil disebut lempung, dan yang
berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m disebut rayana. Batang muda dan daun
walaupun rasanya pahit bisa dimakan sebagai lalap. Perbanyakan dengan biji.
Nama Lokal :
Jombang, j.
lalakina, galibug, lempung, rayana (Sunda).; Tempuyung (Jawa).; Niu she tou
(China), laitron des champs (Perancis).; Sow thistle (Inggris).
Bagian Yang
Digunakan :
Daun dan seluruh
bagian tanaman.
Cara Pemakaian :
Daun tempuyung
segar sebanyak 5 lembar dicuci lalu diasapkan sebentar. Makan sebagai lalap
bersama makan nasi. Lakukan 3 kali sehari.
Kandungan Kimia:
Tempuyung
mengandung oc-laktuserol, Plaktuserol, manitol, inositol, silika, kalium,
flavonoid, dan taraksasterol.
Sifat kimiawi:
Tempuyung
rasanya pahit dan dingin.
Efek
farmakologis :
Menurunkan
tekanan darah tinggi (hipertensi). Penelitian pengaruh ekstrak air dan ekstrak
alkohol daun tempuyung terhadap volume urine tikus in vivo dan pelarutan batu
ginjal in vitro, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. daun empuyung
tidak secara jelas mempunyai efek diuretik, namun mempunyai daya melarutkan
batu ginjal. b. daya melarutkan batu ginjal oleh ekstrak air lebih baik
daripada ekstrak alcohol. Praperlakuan flavonoid fraksi etil asetat daun
tempuyung mampu menghambat hepatotoksisitas karbon tetrakiorida (CCL4) yang
diberikan pada mencit jantan
Sumber :
Soedibyo,
Mooryati. 1998. Alam Sumber Kesehatan : Manfaat dan Kegunaan. Jakarta
: Balai Pustaka
Wijayakusuma,
HM. Hembing (1995) Tanaman Berkhasiat Obat, Jilid 1, 2, 3, 4, Pustaka Kartini, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar