Kamis, 16 Februari 2012

Penggunaan Obat Pada Masa Menyusui

Kebanyakan obat dapat dikeluarkan melalui air susu ibu (ASI) pada wanita menyusui. Karena obat terencerkan pada tubuh ibu serta jumlah ASI yang terminum hanya sedikit berarti seringkali obat tidak memberikan efek samping pada bayi yang disusui. Namun, hal itu tidak selalu terjadi.

Perpindahan Obat melalui ASI

Melalui difusi pasif sebagian besar obat dikeluarkan ke dalam ASI. Proses ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi :

Farmakokinetika Ibu. Secara umum, terdapat hubungan langsung antara dosis yang diterima oleh ibu dengan kadarnya dalam ASI. Rute pemberian obat akan mempengaruhi kadar obat dalam plasma ibu. Sebagai contoh, pemberian obat secara parenteral umumnya menghasilkan kadar obat dalam plasma yang lebih tinggi daripada pemberian obat secara oral. Kemampuan ibu untuk mengekskresikan obat juga akan mempengaruhi kadar obat dalam ASI. Penimbunan akibat gangguan hati atau ginjal dapat mengakibatkan peningkatan bahaya terhadap bayi.

Sifat fisiologis ASI. ASI memiliki pH yang lebih rendah dari pada plasma, kapasitas ikatan protein yang lebih rendah dan kadar lemak yang lebih tinggi.

Sifat fisikokimia obat. Obat bersifat basa yang mempunyai lipofilisitas tinggi dengan ikatan protein yang rendah akan berada dalam kadar yang tinggi dalam ASI. Sebagai contoh betablocker sotalol. Sebaliknya, obat yang bersifat asam dengan ikatan protein yang tinggi dengan lipofilisitas rendah akan dikeluarkan melalui ASI dengan kadar yang lebih rendah, dan terutama terdapat dalam plasma ibu. Contohnya adalah diklofenak dan obat anti radang non steroid lainnya.


Obat yang harus dihindari pada wanita yang menyusui :  

  • Amiodaron hidroklorida : kandungan Iodin dapat menyebabkan hipotiroidisme pada neonatus 
  • Aspirin : resiko sindrom Reye 
  • Barbiturat : mengantuk 
  • Benzodiazepine : letargia 
  • Karbimazol : hipotiroidisme 
  • Kontrasepsi oral kombinasi : dapat membatasi jumlah ASI dengan berkurangnya kandungan nitrogen dan protein 
  • Obat sitotoksik : supresi imun dan neutropenia 
  • Efedrin hidroklorida : iritabilitas 
  • Tetrasiklin : resiko pewarnaan gigi.

Reaksi Alergi dan Menyusui

Penggunaan obat pada wanita yang menyusui harus dihindarkan bila obat tersebut telah menunjukkan reaksi alergi pada pengobatan bayi. Bayi dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) dapat menunjukkan reaksi terhadap obat yang dikeluarkan melalui ASI. G6PD merupakan enzim yang terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi mempertahankan senyawa glutation yang bersifat antioksidan dalam bentuk aktifnya. Oleh karena itu, defisiensi ini dapat menyebabkan sel darah merah mengalami tekanan oksidatif sehingga menyebabkan hemolisis. Obat yang dapat menyebabkan tekanan oksidatif harus dihindari pada wanita menyusui karena kadar yang kecilpun bisa memicu reaksi ini. Contoh obatnya aspirin, klorpromazin, nitrofurantoin, kina, kuinolon, dan sulfonamida.

Obat yang Mempengaruhi Produksi ASI

Beberapa obat dapat meningkatkan atau bahkan menghambat proses menyusui, yang kesemuanya berpengaruh terhadap prolaktin yang mengontrol produksi ASI pada wanita yang menyusui. Estrogen merupakan obat yang paling banyak digunakan yang dapat menyebabkan hambatan produksi ASI, mungkin dengan cara penghambatan efek prolaktin pada reseptornya. Oleh karena itu sangatlah bijaksana menggunakan kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron pada masa awal menyusui. Obat lain yang dapat menghambat produksi ASI meliputi diuretika golongan thiazid dan antagonis serotonin seperti siproheptadin.

Obat yang bekerja sebagai agonis pada reseptor dopamin, misal bromokriptin, menurunkan produksi ASI, sedangkan antagonis dopamin (mis. Metoklopramid) meningkatkan produksi ASI. Bromokriptin maupun metoklopramid telah digunakan sebagai pengobatan berdasarkan efeknya pada produksi ASI.

Walaupun tak secara langsung mempengaruhi produksi ASI, beberapa obat termasuk fenobarbital, dapat menghambat refleks penghisapan pada bayi. 


Pedoman Dalam Peresepan 

Obat hanya dapat digunakan jika diperlukan dan pengobatan tidak dapat ditunda. Faktor yang dapat diperhatikan : 

Pemilihan obat :
  • Pertimbangkan apakah obat dapat diberikan secara langsung dengan aman pada bayi 
  • Pilih obat yang sedikit melalui ASI dengan memprediksikan ratio M/P paling rendah 
  • Hindari formulasi obat yang long acting (misalnya sustained release) 
  • Pertimbangkan rute pemberian obat yang dapat menurunkan ekskresi obat ke dalam ASI 
  • Jika memungkinkan hindari penggunaan jangka lama.
Waktu menyusui :
  • Hindari menyusui selama konsentrasi obat mencapai puncak plasmanya
  • Jika memungkinkan rencanakan menyusui sebelum pemberian dosis obat berikutnya
Pertimbangan lain :
  • Selalu mengamati bayi terhadap tanda-tanda yang tidak biasa atau gejala kliniknya (seperti sedasi, iritasi, rash, menurunkan nafsu makan, kesukaran menelan)
  • Tidak melanjutkan menyusui selama terapi obat jika resiko terhadap bayi lebih berat
  • Berikan pengetahuan yang cukup kepada pasien untuk meningkatkan pemahaman terhadap faktor-faktor yang berisiko.

1 komentar:

  1. Mau tanya dong.. Boleh ga ya ibu menyusui konsumsi suplemen glutation dgn kadar 1500 mg per hari?

    BalasHapus

Dunia Kecil crybabyzz, A Little Wordl with Great Dreams...Hope you'll enjoy it... Gamsa hamida.....!!!! Annyeong.....!!!!