Kamis, 09 Februari 2012

Hepatitis >> Tugas Farmasi Rumah Sakit >> Arsip 2010


Definisi

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Secara populer dikenal juga dengan istilah penyakit hati atau sakit liver. Penyakit hepatitis atau radang hati dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, seperti  virus (merupakan penyebab yang terbanyak), bakteri misalnya Salmonella typhi, parasit, obat-obatan, bahan kimia alami atau sintesis yang merusak hati (hepatotoksik), alkohol, cacing, atau gizi yang buruk.

Hepatitis yang disebabkan oleh virus memiliki beberapa tahapan (akut, fulminant, dan kronis) tergantung dari durasi atau keparahan infeksi. Yang dimaksud dengan hepatitis akut adalah infeksi virus sistemik yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan yang dimaksud dengan Hepatitis kronik adalah gangguan-gangguan yang berlangsung lebih dari 6 bulan dan merupakan kelanjutan dari hepatitis akut. Hepatitis fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu, oleh karena itu hanya terjadi pada bentuk akut.

Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium,yaitu :

Masa tunas (inkubasi). Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala klinis. Masa tunas dari masing-masing penyebab virus hepatitis tidaklah sama. Kerusakan sel-sel hati terutama terjadi pada stadium ini.


Fase prodromal (fase preikterik). Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan pada penderita seperti badan terasa lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual, muntah, perasaan tidak enak, dan nyeri di perut, demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, dan lain-lain. Kadang-kadang penderita seperti akan pilek dan batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorokan. Karena keluhan di atas seperti sakit flu, maka keadaan di atas disebut pula sindroma flu.

Fase kuning (fase ikterik). Biasanya setelah suhu badan menurun, warna kencing penderita berubah menjadi kuning pekat seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir langit-langit mulut, dan kulit berubah warna menjadi kekuning-kuningan yang disebut juga ikterik. Bila terjadi hambatan aliran empedu yang masuk ke dalam usus maka tinja akan berwarna pucat yang disebut faeces acholis. Ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum melebihi 2 mg/dL. Pada saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita sakit kuning atau hepatitis. Selama minggu pertama, warna kuningnya akan terus meningkat, selanjutnya menetap. Setelah 7 – 10 hari, secara perlahan warnanya akan berkurang. Keluhan yang ada umumnya mulai berkurang dan penderita merasa lebih enak. Fase ikterik ini berlangsung selama 2–3 minggu.

Fase penyembuhan (konvalesen). Ditandai dengan hilangnya keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang. Penderita merasa lebih segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya penyembuhan sempurna secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelah timbulnya penyakit.

Tipe Hepatitis

Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), dan hepatitis E (HEV). Selain itu juga akhir-akhir ini ditemukan virus hepatitis F  dan G. Hepatitis A, B, dan C paling banyak ditemukan. Hepatitis F baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Hepatitis G menyebabkan hepatitis dengan gejala serupa hepatitis C, dan seringkali terjadi bersamaan dengan hepatitis B dan atau C.

Hepatitis A

Gejala. Insiden terjadinya HAV berkaitan langsung dengan sanitasi dan praktek higienis yang buruk. Infeksi HAV menular/menyebar dari orang ke orang atau dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Infeksi HAV biasanya adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya dengan tingkat kasus fatal yang rendah. Penyakit ini dapat berakhir sampai 6 bulan dalam 3 fase : inkubasi, hepatis akut, dan penyembuhan. Sebagian besar pasien dapat sembuh dalam 12 minggu dan jarang berkembang menjadi hepetitis fulminant. Kerusakan sel hati ditandai dengan peningkatan sedikit serum transaminase. Masa inkubasi rata-rata 28 hari, dengan kisaran 15-50 hari.  Fase prodromal (pre-ikterik) selama 2-7 hari. Keluhan pada setiap individu sangat bervariasi sehingga sering menimbulkan kekliruan pada saat mendignosis. Fese ikterik ditandai dengan demam turun, urine  menjadi kuning, bola putih mata, selaput lendir langit – langit mulut dan kulit berwarna kenuning-kuningan dan terus meningkat. Setelah ± 2 minggu akan berangsur hilang. Serta, fase konvaselen (penyembuhan),  warna kuning mulai berkurang, keluhan juga berkurang. Gejala klinis tergantung umur, pada anak yang kurang dari 6 tahun umumnya ditunjukkan dengan gejala ringan, seperti pada influenza tanpa kuning secara klinik. Infeksi pada orang dewasa ditunjukkan pada hepatitis akut dengan nilai transaminase hati yang meningkat dan kuning. 

Pencegahan. Penyebaran HAV dapat dikendalikan dengan baik dengan cara menghindari pemaparan. Cara paling penting untuk menghindari pemaparan adalah dengan teknik cuci tangan yang baik dan praktek hiegenis personel yang baik. Vaksin HAV yang diberikan sebelum terpapar menunjukkan efikasi proteksi 94-100% dalam waktu 1 bulan sesudah vaksinasi primer. Bila boster diberikan 6 bulan kemudian, 100% penerima tingkat antibodinya meningkat.

Sediaan beredar :

Havrix (Smith Kline Biological Sa Belgiun-Bio Farma), cairan injeksi 360 Elisa Unit (K). Suspensi virus hepatitis A yang telah dilemahkan dengan formaldehid (GBM yang dikembangbiakkan dalam sel diploid manusia) 320 antigen unit/ml dijerap pada aluminium hidroksida. 0,5 ml prefilled syringe. Dosis : injeksi intramuskular 0,5 ml 6 bulan sebagai dosis tunggal; dosis penguat 0,5 ml 6 bulan kemudian; dosis penguat lanjutan 0,5 ml tiap 10 tahun. Anak dibawah 16 tahun, tidak dianjurkan menggunakannya.
Havrix (Smith Kline Biological Sa Belgiun-Bio Farma), cairan injeksi 1440 Elisa Unit (K).  Suspensi virus hepatitis A HM175 yang dikembangkan dalam sel diploid manusia) yang telah dilemahkan dengan formaldehid 1440 ELISA unit/ml dijerap pada aluminium hidroksida. 1 ml 1440 ELISA unit prefilled syringe, 0.5 ml 720 Elisa unit prefilled syringe (Havrix junior monodose). Dosis : injeksi intramuskular 1 ml 6 bulan sebagai dosis tunggal, dosis penguat 1 ml 6-12 bulan . anak dibawah 16 tahun 0,5 ml.

Pengobatan. Sekarang ada vaksin yang diberi nama Twinrix keluaran SmithKline Beecham Inc, AS, terbuat dari VHA nonaktif yang diendapkan dalam larutan steril. Jadi bukan terbuat dari darah yang terinfeksi. Tubuh akan bereaksi terhadap virus nonaktif tersebut sehingga melindungi serangan VHA. Dapat mengurangi frekuensi kunjungan dokter dan mempertinggi angka cakupan vaksin, sehingga dapat menekan penyebaran virus hepatitis A dan B. Twinrix adalah vaksin kombinasi pertama di Indonesia yang diproduksi oleh GlaxoSmithKline.

Hepatitis B

Gejala. Hepatitis B merupakan penyebab utama hepatitis kronik, sirosis, dan karsinoma sel hati. Transmisi pada HBV banyak terjadi lewat kontak dengan darah yang terinfeksi atau sekret tubuh (saliva, cairan vagina, dan semen) atau penggunaan bersama jarum suntik pada penyalahgunaan obat.

Masa inkubasi 1-6 bulan diikuti oleh fase simtomatik probdomal (onset penyakit) yaitu rasa tidak enak badan, lelah, lemah, anoreksia, mialgia, dan athralgia. Ikterik terjadi pada 1/3 dari pasien dan dapat berlangsung beberapa minggu. Selain itu, dalam pemeriksaan laboratorium terlihat peningkatan transminase (SGOT dan SGPT) dan terdeteksinya HbsAG atau HbeAg.

Pencegahan. Dua produk tersedia untuk mencegah infeksi hepatitis B : vaksin hepatitis B yang menimbulkan imunitas aktif dan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) yang menimbulkan imunitas pasif sementara.

Vaksin hepatitis B mengandung 5-40 µg HbsAg protein per ml yang diserap ke dalam aluminium per ml vaksin dengan timerosal ditambahkan sebagai pengawet. Vaksin ini diberikan sebagai rangkaian dari 3 dosis IM ke deltoid (Anterolateral dibagian paha bayi yang baru lahir) diberikan lebih dari satu periode dalam sebulan.
HBIG hanya digunakan untuk profilaksis setelah pemaparan. Dosis yang dianjurkan : 0,06 ml/Kg secara IM.

Pengobatan. Terapi terhadap hepatitis B dilakukan dengan:

Interferon
Nukleosida analog:  Lamivudin,Adefovir,Entecavir
Pegylated Interferon
Pegylated Interferon + Nukleosid analog

Hepatitis C

Gejala. Hepatitis C akut klinik tidak dapat dibedakan dari tipe viral hepatitis yang lain. Hepatitis C banyak diperoleh melalui penggunaan obat intravena, kontak seksual, hemodialisa, atau peralatan rumah tangga yang berhubungan dengan pekerjaan atau terpapar perinatal. Umumnya hepatitis C ringan, kurang dari 25% pasien berkembang menjadi penyakit kuning. Keluhan utama frekuensi terbatas untuk lelah dan malaise. 

Penyakit ini memiliki masa inkubasi 35-84 hari. Penderita Hepatitis C kronis beresiko menjadi penyakit hati tahap akhir dan kanker hati. Walaupun Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, kerusakan hati terus berlanjut dan menjadi parah seiring waktu. Saat hati menjadi rusak (sebagai contoh, karena Hepatitis C) hati tersebut akan memperbaiki sendiri yang membentuk parut. Bentuk parut ini sering disebut fibrosis. Semakin banyak parut menunjukkan semakin parahnya penyakit. Sehingga, hati bisa menjadi sirosis (penuh dengan parut). Struktur sel hati mulai pecah, sehingga hati tidak lagi berfungsi normal. beberapa faktor dapat membuat perkembangan penyakit lebih cepat, seperti alkohol, umur dan infeksi HIV.

Pengobatan. Saat ini obat Hepatitis C standar adalah kombinasi Interferon dengan Ribavirin. Kombinasi obat Hepatitis C ini akan memberikan hasil berupa sustained virologic response (respon virus menetap) yang tinggi. Respon ini sering disingkat dengan SVR.

Hepatitis D

Gejala. Biasanya muncul secara tiba-tiba gejala seperti flu, demam, penyakit kuning, urin berwarna hitam dan feses berwarna hitam kemerahan. Pembengkakan pada hati. Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatiti B. penyebabnya adalah virus hepatits Delta (VHD) dari family Satellite, VHD merupakan jenis virus yang ukurannya sangat kecil dan sangat tergantung pada VHB, hal ini disebabkan virus hepatitis D membutuhkan selubung VHB untuk dapat menginfeksi sel-sel hati. Penularan hepatis D menyerupai penularan pada hepatitis B. Tipe D (hepatitis delta) merupakan 50% hepatitis tiba-tiba dan parah, dengan angka kematian yang tinggi. Di Amerika serikat, 1% dari penderita hepatitis D mati dengan gagal hati dalam waktu 2 minggu dan infeksi kebanyakan menyerang para pemakai obat-obatan intravena dan penderita hemofilia. Masa inkubasi adalah 1-90 hari. Tingkat keparahan mencapai 2-70%.
Tiga bentuk dari infeksi HDV menandakan HDV-HBV, HDV akut super infeksi, dan HDV infeksi kronik. HDV terutama ditransmisikan oleh pemaparan melalui infeksi darah.

Pencegahan. Vaksinasi hepatitis B HBV-HDV co-infeksi HBV-HDV super-infeksi

Pengobatan.  Interferon-alfa dan transplantasi hati

Hepatitis E

Gejala. Biasanya muncul tiba-tiba. Umumnya tidak ada gejala pada anak-anak. Orang dewasa mungkin mengalami gejala seperti flu dengan sakit perut, penyakit kuning, urin berwarna hitam dan mual. Hepatitis E (diidentifikasi tahun 1990) mempunyai sifat yang menyerupai hepatitis A, demikian juga dengan model penularannya, tetapi tingkat keparahan yang lebih ringan. Penyebabnya adalah virus hepatits E (VHE) dari family Calcivirus, masa inkubasi 14-60 hari. Hepatitis E juga dikenal sebagai hepatitis epidemik non-A dan Non-B, yang artinya, virus hepatitis tersebut tidak menyerupai virus hepatitis A maupun B. seperti hepatitis A, hepatits E sering bersifat akut dengan masa kesakitan singkat, tetapi terkadang dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati.

Wanita yang terinfeksi HEV selama trimester ketiga amat berisiko untuk berkembangnya janin.

Pengobatan. Tidak ada. Biasanya akan sembuh setelah beberapa minggu atau bulan

Hepatitis F dan G

Kemungkinan terinfeksi virus hepatitis F harus dipikirkan terutama jika ada penderita hepatitis kronis Non-B Non-C dan penyebab lain tidak diketahui. Penularan virus hepatitis F sama seperti virus hepatitis C, yaitu melalui transfusi darah.

Virus hepatitis G ditemukan tahun 1996 dan relatif banyak ditemukan pada donor darah. Kebanyakan infeksi (via tranfusi dan jarum yang terkontaminasi) berlangsung tanpa gejala nyata, seperti halnya pada hepatitis akut.

Hepatitis karena bakteri atau parasit


Amebiasis hati atau abses hati ameba.

Nama lain : amebiasis hepatik, amebiasis ekstraintestinal. Merupakan kumpulan nanah di hati yang disebabkan oleh parasit intestinal yaitu Entamoeba histolytica.

Organisme tersebut dibawa melalui darah ke hati dimana abses terbentuk, terjadi pembengkakan hati dan nyeri bila ditekan.

Pasien mungkin atau tidak mungkin mempunyai gejala infeksi intestinal bersamaan dengan abses hati.

Faktor resiko (penyebab) untuk abses amebik hati diantaranya malnutrisi, usia tua, kehamilan, penggunaan steroid, penyakit yang berbahaya, immunosuppresi, dan pecandu alkohol. Kunjungan ke daerah tropis juga merupakan suatu faktor resiko. Di Amerika, kebiasaan orang-orang dan laki-laki homoseksual dikenal sebagai kelompok dengan faktor resiko tertinggi. Gejala diantaranya demam, sakit abdominal, ketidaknyamanan keseluruhan, rasa gelisah atau khawatir, atau perasaan tidak enak (kurang enak badan), berkeringat, kedinginan, berat badan berkurang, mencret, penyakit kuning (jaundice), dan sakit tulang sendi (mungkin terjadi).

Leptospirosis.

Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme dari genus Leptospira, yang masuk ke dalam darah melalui kulit, selaput lendir, saluran cerna, dan sebagainya. Setelah berkembang biak mikroorganisme itu lalu menyebar ke organ-organ dan jaringan tubuh. Penyakit yang berat akan menimbulkan banyak keluhan dan gejala seperti mual, muntah, mencret, pembesaran hati dan limfa, dan sebagainya.

TBC hati.

Penyakit ini merupakan TBC di luar paru-paru (ekstrapulmoner) yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Kondisi ini timbul akibat penyebaran kuman melalui pembuluh darah dari penyakit asalnya di paru-paru atau dari penjalaran melalui saluran limfa maupun penjalaran langsung dari organ-organ yang terinfeksi di sekitarnya. Penyakit ini menyebabkan kelainan fungsi hati maupun kelainan histologi berupa pembentukan granuloma, fibrosis, dan sebagainya.

Hepatitis karena obat-obatan.

Obat-obatan yang lazim digunakan dapat menyebabkan efek toksik atas hati yang dapat menyerupai hampir setiap penyakit hati yang timbul secara alamiah yang mengenai manusia. Sekitar 2%  dari semua kasus ikterus pada pasien dirumah sakit diinduksi obat. Dalam setiap pasien penyakit hati, penting mencatat semua obat yang telah digunakan dalam 3 bulan terakhir. Dokter harus mempunyai data dan catatan mengenai semuanya. Riwayat harus mencakup dosis, cara pemberian, lama dan obat yang bersamaan lainnya.

Tabel Klasifikasi Reaksi Obat Pada Hati

Jenis
Gambaran
Contoh
Nekrosis zona 3
Gagal multi-organ, tergantung dosis
CCl4
Parasetamol
Halotan
Lemak mikrovesikular
Mengenai anak
Sindroma seperti Reye Sirosis
Valprat
Hepatitis “alkoholik”
Waktu paruh lama
Sirosis
Perhesilin
Amiodaron
Fibrosis
Hipertensi porta
Sirosis
Metotreksat
Vinil klorida
Vitamin A
Veskular penyakit veno-oklusif
Tergantung dosis
Radiasi
Sitotoksis
Peliosis dan dilatasi vas sinusoideum

Azatioprin
Hormon seks
Obstruksi vena hepatica
Efek trombotik
Hormon seka
Hepatitis akuta
Nekrosis membentuk jembatan jangka singkat, akut, Jangka lama, hepatitis aktif kronika
Metildopa
Isoniazid
Halotan
Ketokonazol
Hipersensitif umum
Sering dengan granuloma
Sulfonamid
Kuinidin
Alopurinol
Kolestasis kanalikular
Tergantung dosis, reversible
Hormon seks
Hepato-kanalikular
Ikterus “obstruktif” bedah reversible
Klorpromazin
Eritromisin
Nitrofurantoin
Azatioprin
Duktular
Berhubungan dengan usia, gagal ginjal
Benosaprofen
Kolangitis sklerotikans Neoplastik
Kolestasis
FUDR (intra-arteri)
Hiperplasia nodular fokal
Jinak. Menampilkan lesi desak ruang
Hormon seks
Karsinoma sel hati
Sangat jarang. Relatif jinak
Hormon seks
Adenoma
Bisa pecah. Biasanya bergresi
Hormon seks

Hepatitis akibat alkohol.

Hepatitis ini terjadi pada pecandu alkohol yang minum secara berlebihan setiap hari. Kerusakan hepatosit mungkin disebabkan oleh toksisitas produk akhir metabolisme alkohol, terutama asetaldehida dan ion hidrogen. Pada hepatitis alkohol, infiltrasi neutrofil hati dan sekresi sitokin tumor necrosis factor alpha (TNF-α) mendorong terjadinya peradangan tersebut. Sel-sel hati dirangsang mengalami apoptosis (kematian sel terprogram) yang dapat menyebabkan jaringan parut dan fibrosis. 20 – 30% diantaranya akan berkembang menjadi sirosis hati, juga dapat reversible jika ingesti alkohol dihentikan.

Hepatitis akibat makanan tercemar.

Yang terkenal adalah zat hepatotoksik yang bernama aflatoxin, suatu mikotoksin yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang biasanya tumbuh pada bahan makanan. Dikenal beberapa macam spesies Aspergillus dan Penicillium yang dapat mengeluarkan aflatoxin, terdiri dari B1, B2, G1, G2 yang masing-masing jenis mempunyai struktur kimia dan toksisitas yang berbeda. Yang paling beracun adalah aflatoxin B1. Aflatoxin ini umumnya mencemari beberapa bahan makanan yang disimpan di rumah termasuk kacang tanah, tembakau, oncom, dan jamur.

Pemeriksaan Kimia Darah Terhadap Tes Faal Hati

Berbagai pemeriksaan yang secara spesifik dapat menunjukkan adanya penyakit ini :

Tes kimia darah

Bilirubin. Bilirubin sebagian besar berasal dari sel darah merah tua yang dihancurkan di limpa. Adapun sisanya berasal dari sumber-sumber lain seperti myoglobin dan sitokrom. Juga  dikenal sebagai  bilirubin total,  bilirubin neonatal,  bilirubin  langsung (dikenal sebagai bilirubin terkonjugasi), bilirubin  tidak langsung (dikenal sebagai bilirubin tak terkonjugasi).

Angka normal bilirubin pada orang sehat sebagai berikut :
Bilirubin terkonjugasi       :        sampai 0,4 mg%
Bilirubin tak terkonjugasi :        sampai 0,7 mg%
Bilirubin total                           :   sampai 1,1 mg%

Jika bilirubin direk meningkat kemungkinan terdapat penghambatan terhadap liver atau saluran empedu, mungkin disebabkan karena batu empedu, hepatitis, trauma, reaksi obat-obatan, atau penggunaan alkohol jangka panjang. Kenaikan juga terjadi akibat kerusakan sel-sel parenkim hati sehingga bilirubin masuk ke peredaran darah dengan cara penetrasi. Jika bilirubin indirek meningkat, hemolisis darah adalah kemungkinan penyebabnya, dan juga karena produksi yang meningkat, pengambilan (uptake) yang berkurang, atau terjadi gangguan konjugasi di hati.

Jaundice (kulit berwarna kekuningan dan pada bagian putih mata) merupakan akibat dari kadar bilirubin yang tinggi Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh masalah metabolisme. Terlalu banyak bilirubin dapat berarti terlalu banyak sel darah merah yang menjadi rusak, atau menunjukkan liver tidak dapat mengambil/menghilangkan bilirubin dari darah. Juga kerusakan pada saluran empedu, kerusakan kimia atau fisika liver (sirosis), atau ketidaknormalan yang bersifat turun temurun (Gilbert’s, Rotor’s, Dubin-Johnson, Crigler-Najjar syndromes).

SGOT. Serum glutamic oxaloacetic transaminase. Nama lain : Aspartate aminotransferase. Enzim ini terdapat dalam sel-sel organ tubuh, terutama pada otot jantung baru kemudian pada sel-sel hati, otot tubuh, ginjal, dan pankreas. SGOT sebagian besar terikat dalam organel, sisanya yang hanya sebagian kecil dalam sitoplasma. Pada hepatoma terdapat peningkatan SGOT yang mencolok.

Angka normal tertinggi untuk pengukuran SGOT adalah 40 U Karmen (17 mU per cc).

SGPT. Serum glutamic pyruvic transaminase. Nama lain : Alanine aminotransferase. Enzim ini terdapat dalam sel-sel jaringan tubuh tetapi yang terbanyak dan sebagai sumber utamanya adalah sel-sel hati.  Kebalikan dari SGOT, enzim SGPT ini sebagian besar terikat dalam sitoplasma sehingga pada kerusakan membran sel hati, kenaikannya lebih menonjol.

Angka normal tertinggi untuk pengukuran SGPT adalah 35 U Karmen (13 mU per cc). Adapun rasio normal SGOT : SGPT adalah 1,15. Tes SGPT mendeteksi luka pada liver.

Level SGPT yang sangat tinggi (lebih dari 10 kali dari kadar normal) biasanya disebabkan karena hepatitis akut, sering karena infeksi virus. Pada hepatitis akut, level ALT biasanya tetap tinggi selama 1-2 bulan, tetapi dapat berlangsung lama sekitar 3-6 bulan untuk kembali ke keadaan normal. Kadar SGPT biasanya tidak tinggi pada hepatitis kronik, sering kurang dari 4 kali lebih tinggi dari level normal.

Protein plasma (albumin dan globulin). Hati merupakan sumber utama protein serum. Sel-sel parenkim hati melakukan sintesis albumin, fibrinogen, faktor-faktor koagulasi, plasminogen, transferin, seruloplasmin, haptoglobulin, dan betaglobulin. Gamma globulin disintesis dalam sel-sel limfosit dan sistem retikuloendotel baik di dalam maupun di luar hati.

Pada penyakit hati terjadi penurunan kadar albumin dan kenaikan kadar globulin akibat peningkatan gama globulin. Besarnya perubahan tersebut tergantung dari tingkat keparahan dan lamanya sakit. Dengan cara elektoforesis ternyata pada orang yang normal didapat perbandingan kadar sebagai berikut :
Albumin         :     52 – 68%        
Alfa-1 globulin     :           2 – 6%
Alfa-2 globulin     :           3 – 11%
Beta globulin  :     8 – 16%
Gama globulin      :           10 – 25%.

Asam empedu. Senyawa steroid yang berasal dari kolesterol, merupakan bagian padat terpenting dari empedu. Asam empedu hanya dibuat dalam jaringan hati. Di hati, asam empedu mengalami proses konjugasi dengan asam amino glisin dan taurin sehingga terbentuk garam empedu primer yaitu garam asam kolat dan asam kenodeoksilat yang kemudian disalurkan ke dalam usus.

Kadar garam empedu dalam darah dapat meningkat karena : penyakit parenkim hati (keadaan ini menyebabkan menurunnya kemampuan hati untuk membersihkan garam empedu dari dalam darah) dan bendungan empedu ekstra maupun intra hepatik (Keadaan ini menyebabkan aliran empedu ke usus terhambat sehingga kadar garam empedu darah meningkat)

Angka normal kadar asam empedu total puasa adalah 3,5 – 8,3 mikromol per liter.

Fosfat alkali. Alkaline phosphatase merupakan sekelompok enzim yang mempercepat hidrolisis fosfat organik dengan melepaskan fosfat anorganik. Enzim ini terdapat dalam banyak jaringan, terutama berasal dari hati, tulang, mukosa usus, dan plasenta. Alkaline phosphatase meningkat bila terjadi kolestasis.

Angka alkaline phosphatase normal untuk orang dewasa adalah 1,5 – 4,0 U Bodansky, atau 3,0 – 13,0 U King Amstrong, atau 0,8 – 3,0 U Bessy Lowey, atau 21,0 – 85,0 IU. Nilai ALP yang tinggi biasanya berarti tulang atau liver telah mengalami kerusakan atau telah rusak.

Gamma-GT. Gamma-glutamil transferase. Nama lain : Gamma-glutamil transpeptidase. Enzim ini terutama terdapat dalam hati, pankreas dan ginjal. Angka GGT normal pada laki-laki adalah sampai 28 IU sementara pada wanita sampai 18 IU.

Tes serologi

Hepatitits A :  HAV Agb, Anti-HAV
Hepatitis B  :  HBsAg, HBcAg, HBeAg, Anti-HBs, Anti-HBc, Anti-  HBe.
Hepatitis C : HCVAg, Anti-HCV
Hepatitis D : HDVAg, Anti-HDV
Hepatitis E : Anti HEV IgG, anti HEV IgM

Jenis-jenis Obat Untuk Penyakit Hepatitis

Secara luas belum terdapat pengobatan yang spesifik untuk hepatitis. Hati mempunyai daya regenerasi yang cukup tinggi, sehingga pada kerusakan 90% massa hati masih dapat mempertahankan hidup. Dalam hal ini terapi suportif hanya diperlukan untuk membantu kelangsungan fungsi vital.

Pemberian obat-obat hepatitis ditujukan sebagai terapi simptomatik untuk meringankan gejala penyakit dan sebagai terapi suportif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan mencegah terjadinya komplikasi. Obat-obat yang digunakan pada umumnya bersifat hepatoprotektor, lipotropik, kholeretik atau kholagogum. Kholeretikum bekerja meningkatkan sekresi empedu dalam hati. Namun pada kerusakan parenkim hati tidak dianjurkan pemakaian senyawa ini karena peningkatan sekresi empedu akan menambah beban hati. Kholagogum bekerja meningkatkan pengosongan kandung empedu, sebagai contoh peptone, sorbitol, dan berbagai minyak atsiri seperti peppermint, anisi dan adas. Lipotropik bekerja meningkatkan mobilitas lemak dalam hati, misalnya fosfolipid (lesitin, kholin, inositol), metionin, sistein, dll.

Beberapa mekanisme kerja obat hepatoprotektor adalah:

Detoksifikasi senyawa racun endogen maupun eksogen dengan:
mengikat senyawa radikal bebas
mereduksi senyawa racun
menghambat kerja lipid peroksidase

Meningkatkan regenerasi dengan:
menstabilkan membran sel (fosfolipid)
menghambat pembentukan kolagen
meningkatkan metabolisme dan produksi energi dengan mengaktifkan kerja enzim

Antiinflamasi, Menurunkan permeabilitas membran yang tinggi dengan :
Immunomodulator:
suspensi imunitas sel
supresi sintesis RNA/DNA
merangsang RES
fagositosis

Pada keadaan kronis yang berat, sebagai immunosupressan dapat diberikan glukokortikoid (Prednisolon), yang bertujuan menekan inflamasi. Dapat dikombinasi dengan obat imunosupresif lainnya seperti azatioprin atau penisilamid (menekan pembentukan kolagen). Sedangkan immunostimulan seperti levamisol, tidak dianjurkan pemakaiannya. Dapat juga diberikan obat anti virus, interferon atau vidarabin, yang mempunyai efek menghambat replikasi virus.  Selain itupun untuk infeksi kronis hepatitis C telah disetujui oleh FDA Amerika Serikat untuk diterapi dengan interferon-α.
Mengingat efek samping yang ditimbulkan dalam menambah beban hati, maka penggunaan obat-obatan ini perlu hati-hati. Juga diusahakan menghindari pemakaian zat yang dapat memperberat kerusakan hati, misalnya alkohol atau obat-obatan, seperti anti tuberkulosa (rifampisin, isoniazid), anastesi umum (halotan, eter), atau analgetika (parasetamol). Juga pemberian obat lainnya yang dapat mengganggu ekskresinya pada penyakit hati seperti sedatif


Sumber :
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta. Hal 665-670
Dalimarta, Setiawan. 1998. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta: Penear Swadaya. Hal 1-49
Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta. Hal  107
Yulinah, Elin, dkk., 2009, ISO Farmakoterapi, PT.ISFI Penerbitan, Jakarta. Hal 354-371     

0 komentar:

Posting Komentar

Dunia Kecil crybabyzz, A Little Wordl with Great Dreams...Hope you'll enjoy it... Gamsa hamida.....!!!! Annyeong.....!!!!