Kamis, 19 Januari 2012

Obat-Obat Antiepilepsi >> Tugas Farmakologi & Toksikologi I (Arsip 2008)

PENDAHULUAN

Definisi
Epilepsi (Yun. = serangan) atau sawan/penyakit ayan adalah suatu gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala, biasanya dengan perubahan kesadaran. Penyebabnya adalah aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar sel-sel saraf di otak. Aksi ini disertai pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron-neuron tersebut. Lazimnya, pelepasan muatan listrik ini terjadi secara teratur dan terbatas dalam kelompok-kelompok kecil, yang memberikan ritme normal pada elektroencefalogram (EEG). Serangan ini kadang kala bergejala ringan dan (hampir) tidak kentara namun adakalanya bersifat hebat. Pada serangan parsial, hiperaktivitas terbatas hanya pada satu bagian pada kulit otak, sedangkan jika menjalar ke seluruh otak disebut serangan luas (”generalized”). Kira-kira 30% penderita epilepsi mempunyai keluarga dekat yang juga memiliki gangguan konvulsi.

Etiologi dan patofisiologi penyakit
Penyebabnya. Serangan kejang (konvulsi) dapat ditimbulkan oleh hipoglikemi, eclampsi, meningitis, atau encefalitis, juga oleh kecelakaan atau luka di otak, seperti abses, tumor, atau atreriosklerosis pada orang diatas usia 50 tahun, yang dinding pembuluh otaknya telah mengeras. Konvulsi juga dapat dikarenakan keracunan timah hitam atau obat (petidin). Hanya sekitar 20% penderita epilepsi tidak diketahui penyebabnya.

Faktor provokasi. Serangan adakalanya dapat dicetuskan oleh obat, seperti psikofarmaka klorpromazin, imipramin, MAO-blokers, dan asam nalidiskat, juga akibat penyalahgunaan alkohol dan drugs. Faktor lainnya adalah faktor ketegangan psikis (stress), emosi hebat, keletihan, imunisasi, dan demam, atau bila penggunaan obat antikonvulsi dan tranquillizer dihentikan secara mendadak. Kadang-kadang serangan dapat dipicu oleh kilatan cahaya, atau juga oleh layar televisi yang berkilat-kilat.


Klasifikasi Bangkitan Epilepsi, dibagi atas tiga yakni :
Bangkitan umum primer, dibedakan atas:
Bangkitan tonik-klonik (epilepsi gran-mal)
Bangkitan lena (epilepsi petit-mal atau absences)
Bangktan lena yang tidak khas, bang

Bangkitan parsial atau fokal atau lokal (epilepsi lokal atau focal), dibedakan atas:
Bangkitan parsial sederhana
Bangkitan parsial kompleks
Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum

Bangkitan lain-lain.


PEMBAHASAN
Mekanisme kerja Obat antiepilepsi
Pada prinsipnya, obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses inisiasi dan penyebaran kejang. Namun umumnya obat antiepilepsi lebih cenderung bersifat membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah proses inisiasi. Dengan demikian secara umum ada dua mekanisme kerja yakni peningkatan inhibisi (GABA-ergik) dan penurunan eksitasi yang kemudian memodifikasi konduksi ion: Na+, Ca2+, K+, dan Cl- atau aktivitas neurotransmitter.

Farmakokinetika Obat antiepilepsi
Umumnya, sebagian besar obat antiepilepsi dimetabolisme di hati, kecuali vigabatrin dan gabapentin yang dieliminasi oleh ekskresi ginjal. Fenitoin mengalami metabolisme hepar yang tersaturasi. Banyak obat antiepilepsi bekerja pada beberapa tempat.

Penggolongan obat Antiepilepsi
Golongan Hidantoin
Golongan Barbiturat
Golongan Oksazolidindion
Golongan Suksinimida
Karbamazepin
Golongan Benzodiazepin
Asam Valproat
Antiepilepsi lain

Uraian Obat
Golongan Hidantoin
Hidantoin merupakan senyawa laktam dari asam ureidoasetat ( 2,4-diokso-imidazolidin ). Keuntungan dari senyawa ini adalah bahwa ia bekerja anti konvulsi kuat  dan berbeda dari barbiturat, hanya bersifat sedatif lemah, malahan kadang-kadang bersifat stimulan.

Salah satu contohnya adalah Fenitoin.

Fenitoin, mula-mula disebut difenil hidantoin, efektif dalam menekan serangan-serangan tonik-klonik dan parsial dan merupakan suatu obat pilihan untuk terapi pertama terutama dalam mengobati orang dewasa.

Mekanisme kerja : Fenitoin menstabilkan membran sel saraf terhadap depolarisasi dengan cara mengurangi masuknya ion-ion natrium dalam neuron pada keadaan istirahat atau selama depolarisasi. Fenitoin juga menekan dan mengurangi influks ion kalsium selama depolarisasi dan menekan perangsangan sel saraf yang berulang-ulang.

Efek samping : Depresi saraf pusat terjadi terutama dalam serebelum dan sistem vestibular, menyebabkan nistagmus dan ataksia. Masalah gastrointestinal ( mual, muntah ) sering terjadi. Hiperpelasia gusi bisa menyebabkan gusi tumbuh dan melampaui gigi terutama pada anak-anak. Perubahan tingkah laku seperti kebingungan, halusinasi dan mengantuk sering terjadi.

Interaksi obat : Inhibisi metabolisme mikrosomal fenitoin dalam hati disebabkan oleh kloramfenikol, dikomarol, simetidin, sulfinamid, dan isoniazid. Penurunan konsentrasi fenitoin dalam plasma disebabkan oleh karbamazepin yang memperkuat fenitoin. Fenitoin menginduksi sistem P-450 yang menyebabkan peningkatan metabolisme anti epilepsi lain, anti koagulan, kontrasepsi oral : kuinidin, doksisiklin, siklosporin, mexiletina, metadon, dan levodopa.

Dosis : Permulaan sehari 2-5 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis dan dosis pemeliharaan 2 dd 100-300 mg pada waktu makan dan minum banyak air. Pada anak-anak 2-16 tahun, permulaan sehari 4-7 mg/BB dibagi dalam 2 dosis dan dosis pemeliharaan 4-11 mg/BB. Bila dikombinasi dengan fenobarbital dosisnya dapat diperkecil. Dosis harian rata-rata 200-300 mg.

Golongan Barbiturat
Memiliki sifat anti konvulsi yang baik terlepas dari sifat hipnotiknya. Digunakan terutama senyawa kerja panjang  untuk memberikan jaminan yang lebih kontinu terhadap serangan grand mal.

Salah Satu Contohnya adalah Fenobarbital

Mekanisme kerja : Fenobarbital memiliki  aktivitas anti epilepsi, membatasi penyebaran lepasan kejang didalam otak dan meningkatkan ambang serangan epilepsi. Mekanisme kerjanya tidak diketahui tetapi mungkin melibatkan potensiasi efek inhibisi dari neuron-neuron yang diperantarai oleh GABA ( asam gama aminobutirat). Untuk mengatasi efek hipnotiknya obat ini dapat dikombinasi dengan kofein.

Efek samping : Sedasi seperti  pusing, mengantuk, ataksia. Nistagmus, vertigo. Agitasi dan kebingungan terjadi pada dosis tinggi.

Interaksi obat : Bersifat menginduksi  enzim, dan antara lain mempercepat  penguraian kalsiferol ( Vitamin D2 ) dengan kemungkinan timbulnya rachitas ( penyakit inggris pada anak kecil ). Penggunaannya bersama dengan valproat harus hati-hati, karena kadar darah fenobarbital dapat ditingkatkan.

Dosis : 1-2 dd 30-125 mg, maksimal 400 mg (dalam 2 kali), pada anak-anak 2-12 bulan 4 mg/kgBB sehari, pada status epileptikus, dewasa 200-300 mg.

Golongan Suksinimida
Siksinimida berbeda konstitusinya secara kimia dengan definilhidantoin hanya dengan penggantian gugus NH pada posisi 1 dengan CH2 berbeda dengan fenitoin, suksinimida hanya berkhasiat pada berbagai epilepsi tipe petit mal sedangkan gejala grand mal akan lebih diperkuat dengan pemberian obat ini.

Salah satu contohnya adalah Etoksuksimida

Mekanisme kerja : Etoksuksimida mengurangi  perambatan aktivitas listrik abnormal didalam otak dan merupakan pilihan pertama pada serangan absence.

Efek samping : Berupa sedasi, antara lain rasa mengantuk dan termenung, sakit kepala, anoreksia, dan mual, juga bertahap. Leukopemia jarang terjadi, namun gambaran darah juga fungsi hati dan urin perlu dikontrol secara teratur.

Dosis : 1-2 dd 250-500 mg sebagai tablet  e.c. ( enterik coated ) berhubung rasanya tidak enak dan bersifat merangsang.

Karbamazepin
Karbamazepin merupakan turunan dibenzazepin mempunyai sistem cincin yang sama seperti timoleptika opipramol dan hanya berbeda dari senyawa ini pada subsitituen N. Disaat ini senyawa ini merupakan salah satu anti epileptika yang terpenting dan paling banyak digunakan.

Mekanisme kerja : Karbamazepin mengurangi perambatan impuls abnormal didalam otak dengan cara  menghambat kanal natrium, sehingga menghambat timbulnya potensial kerja yang berulang-ulang didalam fokus epilepsi.

Efek samping : Pemberian kronik karbamazepin dapat menyebabkan stupor, koma dan depresi pernapasan bersamaan dengan rasa pusing, vertigo, ataksia dan pandangan kabur. Obat ini bersifat merangsang lambung dan bisa timbul mual dan muntah. Anemia aplastik, agranulositosis dan trombositopenia telah terjadi pada beberapa  penderita.

Interaksi obat : Metabolisme karbamazepin  dalam hati dihambat oleh beberapa obat. Gejala-gejala toksik bisa timbul bila dosis tidak disesuaikan.

Dosis : Permulaan sehari 200-400 mg  dibagi dalam beberapa dosis yang berangsur-angsur dapat dinaikkan sampai 800-1200 mg  dibagi dalam 2-4 dosis. Pada manula setengah dari sosis ini. Dosis awal bagi anak-anak  sampai usia 1 tahun 100 mg sehari, 1-5 tahun 100-200 mg sehari. 5-10 tahun 200-300 mg sehari dengan dosis pemeliharaan 10-20 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis.

Golongan Benzodiazepin
Dari senyawa benzodiazepin yang digunakan sebagai anti epileptika terutama  diazepam, dan nitrazepam yang mempunyai kerja mencegah dan  menghilangkan kejang. Snyawa-senyawa ini terutama digunakan pada epilepsi petit-mal pada bayi dan anak-anak. Senyawa benzodiazepin terutama berkahasiat untuk absence piknoileptik, serangan mioklonik astatik dan serangan propulsif.

Mekanisme Kerja : menekan serangan yang berasal dari fokus epileptogenik  dan efektif pada serangan absence dan mioklonik  tetapi terjadi juga toleransi.

Efek samping : Benzodiazepin, yakni mengantuk, termenung-menung, pusing, dan kelemahan otot.

Dosis : 2-4 dd 2-10 mg dan i.v. 5-10 dengan perlahan-lahan (1-2 menit), bila perlu diulang setelah 30 menit; pada anak-anak 2-5 mg. Pada status epilepticus dewasa dan anak diatas usia  5 tahun 10 mg, Pada anak-anak dibawah 5 tahun  5 mg sekali.  Pada konvulsi karena demam: anak-anak 0,25-0,5 mg/kg berat badan bayi dan anak-anak dibawah 5 tahun 5 mg setelah 5 tahun 10 mg.

Asam Valproat
Asam valproat ( asam dipropil asetat ) terutama amat berkhasiat  pada  absence piknoleptik, disamping itu senyawa ini digunakan juga pada serangan grand mal dan mioklonik.

Mekanisme kerja : Asam valproat  mengurangi perambatan lepasan listrik abnormal di dalam otak. Asam valproat bisa  memperkuat keja GABA  pada sinaps-sinaps inhibisi. Mekanisme kerjanya diperkirakan  berdasarkan hambatan enzim yang menguraikan GABA ( g-amino-butyric acid ) sehingga kadar neurotransmiter ini diotak meningkat.

Efek samping : Keluhan saluran cerna, rambut rontok, gangguan pembekuan darah dan terutama kerusakan hati.

Interaksi obat : Asam valproat menghambat metabolisme fenobarbital sehingga meningkatkan kadar barbiturat  tersebut dalam sirkulasi. Karena dapat meningkatkan kadar fenobarbital dan fenitoin di dalam darah, dosisnya harus dikurangi sampai  30-50 % guna menghindari sedasi berlebih sebaliknya khasiatnya  juga dIperkuat oleh  anti epileptika lainnya.

Dosis : Oral semula 3-4 dd 100-150 mg d.c. Dari garam natriumnya tablet ( tablet e.c ) untuk kemudian berangsur-angsur dalam waktu 2 minggu dinaikkan sampai 2-3 dd 300-500 mg, maksimal 3 gram sehari. Anak-anak 20-30 mg/kg sehari. Asam bebasnya memberikan kadar plasma yang 15 % lebih tinggi  (lebih kurang sama dengan persentase natrium dalam Na-valproat ) tetapi lain daripada itu tidak lebih menguntungkan.


Sumber :

Ganiswarna, S. 1981. “Farmakologi dan Terapi, edisi 2” Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Mutschler, E, 1991. “Dinamika Obat (Buku ajar Farmakologi dan  Toksikologi)” Edisi V. ITB. Bandung.
Mycek, Mary J.,dkk. 1991. “Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi 2”. Widya Medika. Bandung.
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2002. “Obat-Obat Penting, Edisi V”. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.


0 komentar:

Posting Komentar

Dunia Kecil crybabyzz, A Little Wordl with Great Dreams...Hope you'll enjoy it... Gamsa hamida.....!!!! Annyeong.....!!!!